Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdamai dengan Waktu

25 Agustus 2019   19:15 Diperbarui: 25 Agustus 2019   19:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan memberikan kita banyak waktu untuk belajar, mengambil pelajaran dari proses hidup memang harus dilakukan mengingat kebaikan dan keburukan akan selalu menjadi pilihan dan potensi yang saling tarik menarik dalam diri manusia.

Memaknai hidup sebatas ucapan memang terasa ringan jika kita belum benar-benar berproses dalam kehidupan itu sendiri. Belajar dari orang yang telah menjalani hidup sekian lama kadang memberi pencerahan bahwa jalan hidup memang berbeda, tergantung dari visi dan misi diri serta kemanfaatan yang diinginkan.

Sejenak berdiam diri dan berfikir bahwa warna yang datang sebagai keindahan akan pross hidup harus selalu ada agar akal, hati dan gerak menyatu dalam ruang pikiran dan menjadikan kita lebih bijaksana dan melihat dengan banyak cara.

Kesadaran yang muncul atas situasi yang kita hadapi harus menjadi pelajaran sekaligus ruang berfikir untuk menyelesaikan segala tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan.Pernahkan kita termenung untuk melihat pross yang kita jalani saat ini ?

Ada yang memprioritaskan belajar untuk mendapatkan masa depan yang baik, ada yang bekerja untuk menjadi profesional, ada yang sukses dengan kejayaan dan label yang melekat serta adapula yang gagal dengan berbegai macam masalah. Semuanya adalah pross agar kita berkembang, maju dan menjadi manusia kuat.

Coba direnungkan tentang suasana desa dan dusun terpencil membuat kita sulit mengakses informasi, hidup hanya dibatasi dinding bambu, kadang lilin khas desa menyala ditengah kegelapan dan kesunyian desa, ada yang betah namun ada juga yang kecewa, ada yang bahagia terlebih juga susah bagi mereka yang berbeda.

Jangan dikira, hidup dikota lebih enak. Macet, polusi udara, kesemrawutan bus kota, pasar bebas dimana-mana membuat tingkat bahagia jadi berkurang, stres melanda hingga fenomena sosial lainnya yang sungguh memelas dada. Kejahatan seringkali terjadi, pencurian hingga gaya hidup berlebihan mewarnai wajah sebuah kota.

Melihat kedalam kemudian berfikir bahwa semua tempat sejatinya baik, hanya saja kita sering menanti datangnya waktu dan lelah mencari tempat terbaik itu sementara waktu tak kenal kata berbalik dan kita kehilangan banyak kesempatan untuk berbuat ditempat kita saat ini.

Disi lain kita juga sering mengeluh dan membuang energi yang negitu banyak hanya karena menunda berbuat baik ditempat kita hidup. Waktu yang ada sesungguhnya bernilai sama untuk kita semua, hanya saja cara befikir kita untuk melihat realita dan bagaimana kita bergerak menenukan nilai dari waktu yang kita lewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun