Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepalsuan di Tengah Kita

12 Agustus 2019   15:30 Diperbarui: 12 Agustus 2019   15:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : diambil dari akun Sherly Annavita

Dua orang laki-laki berjalan di antara rerumputan di tengah hutan, mereka menelusuri jalan setapak kearah sungai yang kelak menjadi tujuan akhir perjalanan. Luluran keringat terlihat dan menetes pertanda perjalanan itu penuh perjuangan. Kedua laki-laki tersebut adalah ayah dan anaknya yang masih muda.Niat mereka ini untuk satu tujuan yaitu membuang sial yang selalu menimpa keluarganya. Kesialan itu di asumsikan dari sifat bohong dan palsu yang sering mereka perbuat. Mereka sadar bahwa selama dalam perjalanan hidup selalu ditimpa kesialan dan berfikir untuk membuangnya dengan bermandi ke sungai.

Tibalah mereka pada sungai yang jernih, airnya tenang pertanda bahwa sungai tersebut sangat dalam. Keduanya bersegera menceburkan diri sembari berniat agar ketika mandi, seluruh kebohongan dan kesialan akan hilang dan mereka kembali menjadi insan yang jujur.

Sang ayah menceburkan diri lebih awal dan menyelam lama, si anak pun menunggu ayahnya muncul baru kemudian menceburkan diri. Karena menunggu terlalu lama, si anak tertegun dan bertanya tentang hal apa yang terjadi mengapa ayahnya terlalu lama menyelam. Usut punya usut, Ayahnya kemudian muncul dan memberi informasi jika didasar sungai ada pasar ramai. Si anak kaget dan terjun langsung ke dasar sungai mencari pasar ramai itu, namun ternyata sang ayah lagi-lagi berbohong, jangan kan pasar, orang pun tidak ada.

Tanpa menyelam terlalu lama, Si anak muncul dan memberi tahu sang ayah bahwa dirinya membeli pepayah di dasar sungai. Keduanya langsung tertawa riang karena apa yang mereka katakan adalah kebohongan semata. Ada hal terlupakan yang terjadi antara si ayah dan anaknya, mereka lupa dengan niat awal untuk membuang kebohongan yang terjadi namun sebaliknya menambah kebohongan.

Akhir-akhir ini kita banyak disuguhkan oleh hal-hal palsu yang terjadi ditengah kehidupan kita. Informasi palsu (Hoax), data palsu, ijazah palsu, perguruan tinggi palsu bahkan gelar pun banyak yang dipalsukan.

Semua bidang telah dipenuhi hal-hal palsu bahkan bidang politik sekalipun, hal-hal palsu telah banyak dipertontonkan mulai dari janji palsu kampanye, spanduk dangan foto editan serta gerak gerik pencitraan yang di persepsikan penuh kepalsuan.

Fenomena ini menarik karena menjadi pelajaran bagi masyarakat tentang bagaimana menjaga karakter baik yang ada di diri mereka masing-masing.

Kesenangan pada hal yang tidak original telah membuat kehidupan ini gersang, akhlak memudar bahkan harkat dan mertabat luntur dan hilang. Banyak faktor yang menjadikannya berkembang salah satunya adalah mental menerabas serta pendidikan karakter yang tidak kuat.

Menghindari kepalsuan adalah hal baik yang perlu kita galakkan mulai dari diri kita sendiri, keluarga hingga masyarakat. Potensi kebaikan harus senantiasa kita jalankan walau potensi keburukan seringkali mengetuk pintu hati kita.

Meski pertarungan diantara potensi tersebut senantiasa terjadi, namun sejatinya kita wajib bertanya apakah hal-hal yang kita lakukan selama ini adalah kepalsuan ? Semoga menjadi renungan bersama.**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun