Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mungkinkah Polisi Bubar Jika Ferdy Sambo Divonis Bebas?

26 September 2022   13:55 Diperbarui: 8 Oktober 2022   23:22 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi -polri-timesindonesia

Judul itu barangkali terlalu emosional, meskipun untuk ukuran Indonesia, dimana segala sesuatu seolah bisa diolah dan direkayasa. Kasus besar Sambo ini contohnya.

Argumen ini muncul dari Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Muradi, yang menyatakan bukan tidak mungkin institusi kepolisian dibubarkan jika Ferdy Sambo divonis bebas dalam persidangan kasus pembunuhan Brigadir Joshua. 

Ia bercermin pada kasus bubarnya institusi kepolisian di Guatemala, saat para petinggi polisi tak bisa lagi dipercaya. Namun hal itu berlaku ketika ada dukungan mayoritas dari seluruh elemen yang merasakan dampaknya. Termasuk gerakan dari akar rumput, pihak yang barangkali tak berkepentingan langsung dengan kasus, namun turut merasakan ketidakadilan yang terjadi.

Kepercayaan Masih Penting?

Saat ini kepercayaan publik terhadap polri sudah jauh semakin luntur. Jika dalam perkembangan di awal kasus kita melihat para petinggi polri sudah mulai memposisikan diri sebagai pihak yang satu kursi dengan publik, bahkan ini juga menyangkut marwah dan pertaruhan nama baik polri, tapi kini dukungan itu sudah jauh menyusut. 

Persoalan psikologis internal polri pastilah menjadi ganjalan utamanya. 

Kasus Ferdy Sambo sekarang hanya menjadi sebuah polisi tidur di tengah jalan, yang membuat kendaraan melanting, tapi sama sekali tak menganggu jalannya kendaraan. Publik sudah jauh ditinggalkan.

Bahkan wacana penyelesaian akan berujung seluruhnya disidang  pengadilan, adalah bukti bahwa kasus telah menjadi bagian dari skenario besar polri dengan segala keruwetan urusan psikologis internalnya yang tak bisa ditawar hanya dengan sebuah kasus Sambo.

Semua rentetan peristiwa saling berkaitan, ketika Sambo dengan segala "bargaining powernya" seperti sulit dikalahkan dengan tawaran apapun. Bahkan ada yang meyakini, meskipun wajah Sambo terlihat begitu kuyu saat persidangan kode etik, ia masih bisa menegakkan kepalanya, dengan berkata," I die, you are die", begitu sebuah tulisan mengomentari segala kejadian terkait kasus sambo pada saat ini.

Bahwa segala karut marut masalah diagram, konspirasi perjudian backingan petinggi polri, temuan uang dalam gudang bawah tanah, hanya menjadi secuil bumbu cerita. Sekalipun kita meyakini bahwa semua itu benar adanya, sebagaimana kecurigaan publik sejak dulu tentang adanya konspirasi kasat mata, namun semuanya itu dengan cepat dikondisikan hanya menjadi "isu isapan jempol".

Bagaimana mungkin publik atau media melawan pernyataan bantahan yang langsung dilakukan oleh pihak institusi polri yang sangat berkepentingan dengan semua urusan kasus itu. Lain halnya jika dilibatkan lembaga independen yang jernih dan jujur mengungkap. Fakta ini saja menunjukkan bahwa publik dan media dibuat seolah tak berkutik sama sekali untuk mengkritisi.

Seperti bagaimana kemunculan diagram yang lengkap dengan nama pembesar polri didalamnya dengan masing-masing peran dan besaran uang yang dikelola dan diterimanya. Apakah itu secara tak langsung menjawab kritikan dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI tentang mengapa banyaknya keluarga petinggi Polri yang mempertunjukkan hedonisme. Sekalipun dengan alasan sudah dari sononya mereka kaya. Dan kita semua tahu bukan itu substansi kritikannnya.

Namun fakta diagram itu ternyata dapat menjustifikasi adanya kaitan antara guyuran uang dengan kebiasaan hidup hedon--kurang lebih begitu.

Lantas apakah itu berarti pernyataan Muradi soal "kerusakan polri" dan kemungkina bubarnya, sama sekali tak berdasar. Tentu saja tidak, pernyataan itu muncul diantara perasaan optimis yang tersisa dalam pesimisme publik yang tak lagi berkutik dalam kasus kolosal polri-kasus sambo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun