Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Bjorka Si Peretas Eksentrik Mengirim Pesan, Tak Ada Rahasia Lagi di Antara Kita!

13 September 2022   09:16 Diperbarui: 17 September 2022   19:39 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-akun Bjorka-twitter

Fakta paling menarik paska serangan peretas (hacker) Bjorka yang jadi tren pembicaraan di lini masa media sosial dan berita media massa, adalah ketika Bjorka justru menjadi media darling.

Terlepas dari apakah benar Bjorka asli orang Polandia-Warsawa tepatnya, atau hanya hacker lokal yang menggunakan wilayah lain sebagai pengalihnya. Menariknya, seseorang yang mengaku sebagai Bjorka mengunggah aneka cuitan menarik perhatian di Twitter. Sebelum akun @bjorkanism, tak terdeteksi lagi pada Minggu sore, 11 September 2022 sekitar pukul 16:00 WIB.

Mengapa ia begitu peduli dengan kasus Munir, dan bukan tidak mungkin ia akan "bermain" dalam kasus Duren Tiga yang tak kunjung kelar. Why not!

Penampilan lamannya cukup menarik ala hacker--konon Bjorka bukan nama baru dalam dunia peretas atau hacker Indonesia, bahkan dunia. Terutama kerjaannya melakukan doxing-membongkar identitas personal ke ruang publik, sebagai kritik atau sebagai mata dagangan.

Menurut info yang dirangkum dari berbagai sumber, Indonesia sudah mengalami beberapa kali kebobolan. Fakta ini tak hanya mengkambinghitamkan Kominfo yang kemarin-kemarin ribut soal akses cepat internet dan lain-lain yang membuat publik meradang.

Dihadapkan dengan setidaknya empat kasus ini, Pemerintah menjadi tak berkutik. Ini menjadi sinyal bahwa betapa rentannya sistem pertahanan informasi kita. Banyak orang meyakini Bjorka tak hanya menyimpan 4 data penting itu, ia mungkin sudah mengantongi banyak hal, dan dengan temuannya ia berusaha untuk "menyebar kritik" (jika ia care dengan urusan menyangkut keadilan publik-atas perilaku bar-bar  para pejabat siapa tahu begitu--barangkali ia akan menyebarkannya sebagai bonus).

Bjorka dikenal karena sebagai hacker yang meraup keuntungan dari berjualan informasi rahasia yang diobral kepasar. Bayangkan Bjorka bisa menjual sebanyak 26 juta histori pencarian pelanggan dari sebuah situs layanan digital dengan mudahnya. Seperti biasa informasi itu memuat keyword, user info mencakup email, nama, jenis kelamin, hingga NIK milik pelanggan.

Masih ingat dengan kejadian Donald Trump memanfaatkan 70 juta data facebook untuk pemenangan pemilu?. Jika pemilu kita nanti  berubah jadi Pemilu Digital--bukan tidak mungkin hacker seperti Bjorka akan kebanjiran order untuk memanipulasi data pemilih. Lantas, seberapa siap kita mengamankan data Pesta Demokrasi kita, jika ada dalang hacker menunggu mengobrak-abrik validasi pemilu yang mestinya Rahasia.

Bagaimana jika ada seseorang membeli data berisi NIK dan lainnya untuk kepentingan pilpres 2024--apalah artinya milyaran uang dibandingkan dengan kursi kuasa itu.

Kabar yang tak kalah mengejutkan adalah kelakuan Bjorka membobol database Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hasilnya 150 juta data orang Indonesia diretasnya dan ditawarkan cuma seharga Rp 74,6 juta. Mengingatkan kita bagaimana mudahnya orang meraup data rahasia melalui undian berhadiah yang mencantumkan fotocopy KTP sebagai syarat undian dan,  setelahnya kita tidak tahu untuk apa fotokopi KTP itu. Apakah data itu selama ini telah membantu mengangkat seorang senator duduk di Senayan?. Entah juga ya.

Bagaimana dengan surat menyurat yang diklaim milik Presiden Jokowi, termasuk surat dari BIN. Jika ada rahasia disana-misal saja, instruksi presiden membongkar kasus Duren Tiga disertai instruksi khusus kepada Kapolri atau bahkan disertai "peringatan" untuk pengusutan tuntas. 

Fakta ini akan berharga mahal di pasar media mengingatkan dengan kisah Whistle Blower Edward Snowden yang menjadi selebriti dunia dari sebuah kamar hotel di Hongkong, yang menjadi tempat persembunyiannya.

Hacker Merah, Biru Versus Hitam

Analogi ini hanya mengadopsi fenomena viral pesulap merah dan biru dan pesulap lain-black?. Dalam terminologi dunia peretas, Bjorka dapat digolongkan sebagai hacker grey hat. Artinya dia berada di antara hacker black hat (yang melakukan peretasan demi keuntungan diri tanpa memberi masukan teknis pada situs yang ia bobol) dan hacker white hat (yang bertujuan baik, yakni memberitahu kelemahan sistem situs yang dibobol secara etis).

Jadi bukan tidak mungkin ia akan membeberkan fakta untuk publik rahasia yang harus dibongkar dari situs atau bank data para petualang politik. Atau seperti bentuk kritikannya atas pemerintah kita, dengan bahasa sarkastis cenderung kasar sebagai cara mengkritik secara pedas!.

Jika itu yang dilakukan untuk menunjukkan kelemahan sistem proteksi digital situs-situs pemerintah, tentu saja sisi positifnya adalah ambil hikmahnya. Bahwa sistem kita begitu rentan dan mudah di bobol. Di tahun 1990-an, seorang remaja SMU di Australia pernah membobol CIA, apa langkah CIA setelahnya?, ia menggunakan jasa Hacker muda itu menjadi pakar di dalam think tank CIA, sehingga mereka semakin kuat dengan tambahan SDM untuk melawan hacker lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun