Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Firasat Ibu Brigadir Joshua Akhirnya Terjawab Skenario Bodong Ferdy Sambo

10 Agustus 2022   13:55 Diperbarui: 15 Agustus 2022   16:21 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar:tangisan histeris ibunda brigadir J-redaksijakarta.com

Betapa terkejutnya Rosti Simanjuntak, ibu kandung Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J, saat mendengar keterangan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo yang mengatakan Yoshua ditembak atas perintah Irjen Pol. Ferdy Sambo. Semua karena skenario bodongnya banyak titik lemahnya.

Firasat awalnya benar, jika anaknya adalah korban pembunuhan. Meskipun diberitakan baku tembak dengan temannya Bharada Eliezer menurut versi polisi. Ternyata ia adalah korban, bukan pelaku kejahatan. Apalagi terduga korban pelecehan, Putri Candrawathi" belum memberikan keterangan secara resmi.

Tekanan perasaan inilah yang selama ini menggelayut di pikirannya, sehingga pihak keluarga berusaha melakukan upaya mencari keadilan. Apalagi ketika jenazah Brigadir Joshua diantar dalam peti dan mereka tidak diperbolehkan membukanya.

Dengan bombardir berita dan situasi seperti itulah, publik melupakan bagaimana perjuangan keluarga Brigadir Joshua untuk bisa bertahan. Gegara skenario bodong itu pula, empati dan simpati publik terbelah antara percaya atau tidak. Apalagi skenario itu membawa pesan fitnah yang luar biasa.

Empati Publik yang Hilang

Banyak sisi lain yang selama ini dilupakan, terutama perhatian dan empati publik kepada kedua orang tua Brigadir Joshua yang mengalami trauma. Bagaimana mereka bertahan dalam ketidakpastian kasus hukum yang belum menemukan jawaban. 

Mereka adalah sosok sederhana, guru yang mengajar di sekolah, bahkan tinggal di lingkungan sekolah di rumah dinasnya, dan belajar bersama murid-muridnya.  Kejadian itu menjadi pukulan berat bagi mereka. 

Mereka berada di posisi sulit, ketika harus menerima kabar kematian putranya karena tersangka sebuah kasus.  Menerima kedatangan putranya dalam peti dan sama sekali tidak diperbolehkan untuk melihat jasadnya. Mereka juga harus menanggung beban, selama kepastian hukum belum menemukan jawabannya.

ilustrasi gambar: aksi solidaritas  3000 lilin- inews.id
ilustrasi gambar: aksi solidaritas  3000 lilin- inews.id

Sementara perhatian publik tersedot pada pusaran pemberitaan berdasarkan skenario yang beredar. Kejadian itu menjadi sorotan media yang luar biasa.

Apalagi dengan begitu banyak kejanggalan yang membuat kasusnya membingungkan, tapi bikin penasaran. 

Publik hanya mendasarkan asumsi pada dua hal Brigadir Joshua sebagai pelaku utama, dan Bharada Eliezer sebagai "pahlawannya". Sementara rahasia sebenarnya masih tersimpan rapat.

Barangkali persoalannya memang bukan sekedar hilangnya empati publik. Selama kasusnya belum menemukan titik terang, publik masih menggunakan asumsi berdasarkan skenario dan logika sederhana, seperti jamaknya kasus kejahatan biasa. 

Bahkan ketika keluarga Brigadir Joshua mendapat perlakuan yang tidak semestinya saat dilakukan otopsi setelah kematiannya, dan penggeledahan rumah orang tuanya. 

Penyitaan gadget, termasuk ketika petugas yang menjalankan perintah, masuk rumah tanpa mengindahkan etika, ketika sedang berlangsung acara  berkabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun