Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tokoh Perempuan Ikonik Dalam Google Doodle Spesial

4 April 2022   19:52 Diperbarui: 5 April 2022   10:51 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya itu, disela waktu ia juga menyempatkan memuaskan dahaga passion keilmuannya terhadap study  jurnalistik di  University of California, Berkeley. Dua jurusan favoritnya sejak lama, yang diselesaikannya dengan gemilang di tahun 1941.

Kembali Ke Indonesia

Tak berlama-lama menikmati studi dan kenyamanan di negeri orang, Herawati memutuskan kembali ke tanah air setelah semua studinya tuntas.

Karir pertama yang ditekuninya bukan sosiologi, tapi pilihannya juga tak jauh dari dunia jurnalistik yang dipilihnya di Berkeley.  

Menjadi reporter lepas untuk Newswire United Press International (UPI), sebelum Revolusi Nasional Indonesia berlangsung dan kemudian menjadi penyiar berbahasa Inggris di Radio Hoso Kyoku-cikal bakal Radio Repubik Indonesia (RRI) di tahun 1942.

Herawati bahkan menyempatkan diri memprakarsai berdirinya surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia, The Indonesian Observer, di tahun 1955, bersama sang suami yang juga tokoh pers penting nasional. Menjadi media satu-satunya publikasi berbahasa Inggris di negara kita. Menyuarakan kepada dunia selama lebih dari satu dekade, tentang jatuh bangun bangsa yang baru merdeka.

Padahal ketika itu juga, ia disibukan dengan kegiatan di Women's International Club, Yayasan Bina Carita Indonesia,  Yayasan Bina Carita Indonesia, dan Lingkar Budaya Indonesia.

Sebagai seorang advokat yang kuat untuk hak-hak perempuan, Herawati juga menggunakan Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan- untuk memobilisasi perempuan Indonesia agar menjadi pemilih aktif dalam politik Indonesia.

Salah satu kiprah pentingnya adalah menggunakan koneksi diplomatiknya untuk mendeklarasikan Kompleks Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Namun di Radio Hoso Kyoku-lah justru cintanya bersemi, ketika bertemu Burhanuddin Muhammad Diah, yang akrab dikenal sebagai BM Diah, Menteri Penerangan Indonesia di tahun 1968.

Ia menjadi salah satu tokoh pembuka jalan aspirasi bagi para perempuan di Indonesia. Ini alasan mengapa ia menjadi gambar inspiratif di google doodle. 

Tokoh Lain dalam Google Doodle

Tak hanya Herawati Diah yang pernah menjadi ikonik google doodle, tercatat 7 tokoh lainnya juga pernah muncul;

Maria Walanda Maramis; seorang pahlawan Pergerakan Nasional, yang dikenal sebagai pembaharu kemajuan wanita di Indonesia. Sebagai wujudnya dedikasinya, ia mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917, sebagai cara membangun kesadaran peran ibu terhadap keluarga.

Dewi Sartika; Dewi Sartika adalah pahlawan nasional, dikenal sebagai perintis pendidikan bagi perempuan. Sekolah Isteri Pedopa, adalah warisan berharga dari beliau.

RA Kartini, tokoh populer kelahiran 21 April ini menjadi ikonik bagi kebangkitan peran perempuan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun