Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monster Inc Dalam Wayang Akulturasi

2 Februari 2022   23:29 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:03 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lapresse.co

Sekitar tahun 1978, di sebuah pasar, saya menemukan sebuah pertunjukkan yang disebut orang ramai dengan 'wayang Thiti atau Titi". Pertunjukkan itu hanya saya nikmati sekali saja, untuk pertama dan terakhir kalinya. Awalnya saya pikir ini hanya semacam pertunjukkan wayang eksibisi. 

lakon-potehi-02-61fd403ebb448675ba35bcf7.jpg
lakon-potehi-02-61fd403ebb448675ba35bcf7.jpg
ketikaselamanyaworpres.com

Kurang lebih karena panggungnya mengikuti model wayang pada umumnya, ada dalang atau pemain wayangnya. Tapi sebenarnya wayang  thiti ini berbeda dari wayang kebanyakan, karena menggunakan boneka sebagai wayangnya.

Bahkan yang saya saksikan waktu itu, "dalang" menggunakan boneka yang direkat dengan magnet besar di kakinya, sehingga boneka wayang itu bergerak gesit tanpa takut jatuh atau terlempar ke arah penonton, ketika dalang memainkannya, meskipun panggungnya terbuka.

wayang-potehi-61fd3f2087000037675b1965.jpg
wayang-potehi-61fd3f2087000037675b1965.jpg
museumgubukwayang

Jadi tidak ada layar, tidak ada lampu, karena tidak perlu melihat wayang dalam bentuk bayangan. Sebenarnya wayang titi ini miniatur dari wayang golek, hanya saja boneka yang digunakannya benar-benar mirip bentuk manusia, yang terbuat dari kain, seperti tokoh putri dan pangeran.

Wayang ini kemudian kami adopsi menjadi sebuah pertunjukkan bagi anak-anak ketika kami mulai merintis sebuah lembaga donasi buku. Ide adopsi itu karena wayang ini begitu unik menjadi media mendekatkan anak dengan banyak hal, termasuk buku. 

Wayang ini kami modifikasi ceritanya menjadi cerita fabel, cerita puteri salju, bahkan cerita Monster inc, yang kisahnya sangat menginspirasi. Memotivasi kita untuk menyadari bahwa, ada "kekeliruan", kita ketika menyangka "ketakutan" adalah sumber energi. Justru tertawa gembira adalah energi yang jauh berlipat ganda dari  sebuah "ketakutan, dan rasa takut".

Kami menggunakan stik kayu yang kami rekatkan ke benda yang kami sebut "wayang", berupa gambar tanpa dimensi, sebagai pengganti magnet dan gabus sebagai alas panggungnya.

indonesiakaya.com
indonesiakaya.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun