Seperti kisah inspirator, Anthony Dio Martin, aku juga bukan penggila bola. Justru awalnya cuma jadi teman nonton orang tua,itupun Piala Dunia. Bahkan aku lebih sering ketiduran daripada nontonnya, biasanya justru tivi yang "menonton" saya tidur, beliau tidak peduli.
Setiap kali gol, beliau akan membangunkan aku dan bilang, barusan gol coba lihat ulangannya. Aku terbangun dalam kondisi nyawa belum tersambung dengan benar dan samar-samar melihat ulangan itu, sambil tersenyum ke arah beliau, aku kemudian melanjutkan lagi tidup pulas. Begitulah kisah persentuhanku dengan bola.
kejadian setelahnya, Â aku mulai memilih-milih pertandingan yang akan ditonton. Jadi seperti pengamat sepakbola, aku membaca koran, lihat ulasan dan kemudian nonton, tidak peduli klub mana yang main. Kalau hati sudah memilih, langsung aku dukung, walaupun kalah. Sekarang, ditambah "hasutan" anak-anak, saya sudah milih tim, itupun akrena logonya keren, merah seeprti warna baju squad kita, marketingnya bagus, markas klubnya elit dan pelatihnya legendaris.Â
Sekarng malah sudah mulai memakai Jerseynya walaupun KW. Ketika timnas Indonesia tanding di piala (AFF) 2020, aku tertarik menonton, dan memperlakukan seperti nunggu tontonan badminton jaman dulu, selainya juga lantaran Kompasiana buat Topik Pilihan Piala AFF2020, yang ternyata penuh "drama".
tentang mentalitas
Sial memang, baru suka nonton bola Indonesia, selalu saja waktu semangat nasionalisme sudah membara, kemenangan di tangan, ada saja cerita miring, aneh, yang mengikuti setiap ulasan pertandingannya. Kata orang begitulah bola, sekali di atas, sekali di bawah, semua tak terduga.
Pada laga tanding pertama Indonesia versus Kamboja, saya pikir Indonesia akan mengikuti jejak Timnas Malaysia dan Vietnam yang mencukur gundul Timnas Kamboja dan menjadikannya lumbung gol, ternyata dugaan saya tak sepenuhnya betul.
Dan kesalahan itu lebih karena mentalitas meremehkan lawan. Setelah babak pertama menguasai seluruh pertandingan dan menyudahi dengan posisi gol 3-0, di babak kedua justru kebobolan hingga berakhir dengan 4-2. Pahit !
Tanda -tanda sikap para pemain Indonesia mulai bermain santai sudah nampak gejalanya sejak pertengahan babak kedua. Seolah merasa cukup koleksi gol, yang dengan mudahnya dilesakkan sampai 3 gol, maka timnas Indonesia, merubah jurus jadi bertahan, tak lagi menyerang seperti diawal pertandingan. Jika boleh izin ke toilet, mungkin akan ada yang ambil kesempatan.