Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

A Thousand Miles Away; 2# Kelas Terakhir

25 Januari 2021   02:29 Diperbarui: 4 November 2021   00:35 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rencanamu.id/

Ketika besar, aku kemudian menyadari, memang itulah kelas terakhirku di SD Kebumen. Ketika itu aku duduk di kelas dua. Aku, meski tak lincah tapi sedikit pemberani, berbeda dengan ketika aku di TK dulu, pendiam, mungkin juga manja dan pengecut barangkali?.

Aku punya banyak teman, beberapa teman akrabku perempuan, karena mereka tetanggaku juga. Sebagai anak tertua di rumah, ibuku sangat membanggakanku, terutama karena catatan pelajaran sekolahku terkenal unik dan rapi. Bagiku gambar ilustrasi dalam buku pelajaran, penting karena bisa membuat catatan pelajaranku menjadi lebih menarik bahkan seperti komik. Disamping aku memang langganan juara kelas, terutama karena hobiku menghafal banyak hal tentang pengetahuan umum yang selalu menantang memoriku.

Aku ingat ibuku paling senang dengan buku IPA-ku yang berwarna orange, dan biologi yang berwarna merah, dengan isi pelajaran yang detail dilengkapi gambar. Hampir setiap ada kesempatan selalu saja ditunjukkannya bukuku kepada orang-orang yang datang kerumah untuk sekedar main, atau bahkan membawa buku itu ketetangga dan menceritakan "kehebatan" buku pelajaranku itu. Begitulah ibuku, sekecil apapun yang dilakukan anak-anaknya selalu membuatnya bangga, itu pula yang selalu menyemangati aku untuk selalu juara di kelas, tak pernah mau kalah terutama dengan teman-teman perempuan yang dikelas lain menjadi langganan juara.

Tentang kisahku tadi, aku ingat ketika itu bulan Agustus 1978, aku sedang menonton karnaval tujuh belas agustusan di jalan dekat kali kecil, di pinggir jalan yang berbatas dengan Jalan Pahlawan. Tiba-tiba ayahku datang dan mengajakku untuk kembali kesekolah. Aku masuk dalam kelas, kelasku berada di sayap kiri dari bangunan tua gedung sekolah, yang ditengahnya difungsikan sebagai kantor kepala sekolah. Sementara ayahku masuk ke dalam ruang kepala sekolah setelah berbasa-basi, kemudian aku juga dipanggil masuk, mereka menyalamiku, aneh tapi aku tak berpikir panjang. Kemudian aku diminta berdiri di depan kelas, dengan malu-malu aku harus menyampaikan sesuatu. Aku tak ingat, apakah sekedar mengucapkan terima kasih atas semua pertemanan dan persahabatan dengan teman-teman semua ataukah aku juga menyampaikan hal lain, permintaan maaf untuk semua kesalahanku barangkali. Karena yang pasti aku juga malu kalau harus berbicara panjang dan terlalu lama di depan kelas tanpa alasan yang jelas, menurutku begitu. Karena ayahku tak menjelaskan apa sebenarnya yang sedang terjadi. dan karena sebenarnya itulah kesempatanku terakhir untuk berbicara di depan teman-temanku.

Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan aku harus terburu-buru untuk memasukkan semua buku-bukuku ke dalam tas, hampir serabutan sepertinya kami sedang diburu waktu. Kemudian aku bersalam-salaman dan diberi sedikit pelukan oleh beberapa guru yang juga terlihat menangis, aku selalu berusaha mengelak dan tertawa setiap kali guru-guru itu memelukku, malu dilihat teman-teman, terutama Eni, Mira, Khusnul, yang tak pernah berhenti menggangguku. Aku kemudian pulang dengan masih tertawa-tawa, diiringi lambaian tangan teman-teman dan tangisan, aneh?. Begitu sampai dirumah aku justru disibukkan dengan buku-buku yang dibawa ayahku dari jogja barangkali, sementara aku lihat orang-orang sibuk, berkerumun berbicara, mengobrol, berjabat tangan. Kemudian aku tak ingat lagi, karena yang kuingat hanyalah kemudian aku naik keatas dokar, dan semua orang mengiringi kami berjalan di atas trotoar, dan tinggallah ibuku yang terakhir masih berlari di belakang dokar hingga ke rumah pojok kami yang penuh kenangan itu, dan berhenti di pojok jalan itu sambil menangis menutup mukanya dengan tangan. Kemudian aku tak ingat apa-apa, tapi jika aku membayangkan kisah itu, aku bisa merasakan bagaimana hati ibuku hari itu, malamnya di hari-hari pertama tak ada aku dan barangkali keluguanku yang tertawa-tawa ketika naik dokar, bisa jadi diterjemahkan sebagai ketidak pedulianku pada kesedihan ibuku, padahal aku ketika itu masih anak-anak dan tak perlu berpikir begitu merasa bersalah.

Dokar melaju meninggalkan simpang tiga, melewati jalan kusuma, simpang kolopaking, bundaran lawet di depan bioskop dan kedai penjual ketan hitam dan berbelok kearah utara, melewati toko Gombong menuju terminal bus kebumen. Semuanya kemudian hilang, dan jauh, ibuku, adik-adikku yang waktu itu tak kutahu nasibnya  tapi aku ingat kutinggalkan semua buku-buku cerita yang dibeli ayahku ketika itu untuk mereka berdua, aku kemudian juga tak pernah melihat lagi sekolahku, teman-temanku dan kenangan stamplat colt, kedai ban kakek, toko Haji rohmat dan kue salome, kue kecil berwarna kuning  berbentuk bintang kesukaanku yang kubeli dari sisa uang jajanku di toko disamping rumah.

Saat itu adalah saat yang seharusnya paling menyedihkan dan menyesakkan hati dalam hidupku, tapi aku tak bisa merasakan apa-apa dengan bahasa anak-anakku, kecuali kenangan lambaian tangan ibuku, yang ketika kemudian aku bisa mengingatnya, aku selalu meminta kepada siapapun dirumah baruku untuk kembali mempertemukan aku dengan ibuku, karena kerinduan yang terlalu lama aku pendam. Tapi semua tak pernah terjadi, hingga semakin lama, aku semakin tak menyadari bagaimana ibuku, barulah setelah surat-surat putih bergaris biru rutin menanyakan kabarku, aku kembali menyadari betapa sesungguhnya aku sangat merindukan ibuku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun