Mohon tunggu...
febe wuryan
febe wuryan Mohon Tunggu... Buruh - cah sala

memberi rasa dan warna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Anak ‘Tak Mengenal’ Ayahnya

21 Juli 2016   08:33 Diperbarui: 21 Juli 2016   08:55 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tuhan memberikan pemahaman kepada Umat-Nya dengan menyebut diri-Nya ‘Bapa’ meskipun segala kasih dan pemeliharaan-Nya tidak bisa disamakan dengan sesuatu apapun, bahkah jika kasih dan pemeliharaan seluruh bapa di bumi ini dijadikan satu tak akan sebanding. Namun tidak semua bapa atau ayah mengasihi dan memeliharakan anak-anaknya sebagaimana mestinya. Itu berarti tidak semua anak dapat merasakan sungguh kasih ayahnya.

Pertama, ada anak yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya, mungkin  ibunya ditinggal pergi oleh ayahnya saat ia masih dalam perut atau masih bayi. Penyebabnya mungkin bisa bermacam-macam, karena ayahnya meninggal, ayahnya tak bertanggung jawab lalu pergi, atau dipisahkan oleh sesuatu. Pada beberapa anak mungkin tidak mempengaruhi hidupnya, namun pada sebagian anak yang lain bisa menimbulkan perasaan tertekan, kesedihan yang dalam, atau perasaan minder yang kemudian bisa menimbulkan perilaku bermacam-macam.

Ada juga anak yang hidup di tengah keluarga dengan ayah dan ibu yang baik namun mereka bukan orang tua kandungnya. Saya juga pernah mengenal orang yang model hidupnya kacau  meskipun sangat disayangi ‘ayah’nya, ternyata satu saat orang itu mengatakan bahwa ia tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya karena ibunya bercerai dan orang yang selama ini dipanggil ayah adalah teman selingkuh ibunya.

Yang kedua, ada anak yang bisa melihat ayahnya, tetapi ayah yang sibuk. Ayah yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan bisnisnya, dengan teman-temannya, dengan hobinya, dengan berbagai kesenangannya. Sang ayah bisa memberikan banyak materi, memberikan banyak biaya untuk kehidupan anaknya. Namun, sang anak tidak dapat merasakan kasih dan perhatian dalam bentuk relasi sebagai teman bermain, teman berbagi, teman berkeluh kesah, teman untuk berdiskusi dan tertawa. Anak ini hanya bisa merasakan pemeliharaan, namun bukan kasih dan perhatian.

Yang menyedihkan bila anak-anak yang secara fisik melihat kehadiran ayahnya. Namun, ayah yang tak berbeda dengan monster. Ayah yang tidak memberikan nafkah dengan semestinya malahan melakukan banyak kekerasan. Kekerasan kepada ibunya, kekerasan terhadap anak-anaknya. Ayah yang biasa memaki dan berkata-kata kotor, ayah yang suka melecehkan dengan menghina, dan yang membiarkan tangannya melayang melukai anaknya.

Setiap orang menanggapi situasi dengan cara berbeda. Bila ada yang menjadi anak yang tak mengenal ayahnya karena tak mengenal kasih, perhatian, pemeliharaan, atau kehadiran ayah semoga mereka tetap menjadi pribadi yang baik. Jika ada ayah yang tidak hadir bagi anak-anaknya semoga bisa segera ingat bahwa ia semestinya hadir buat anaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun