Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Mati Suri dalam Kemelut Kata-Kata

7 November 2021   13:54 Diperbarui: 7 November 2021   16:14 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-katamu menyerbuku. Menyergap.
Membuatku gagap. Kehilangan siap.
Menusuk, mencekat. Dalam sekali lontar,
aku gemetar. Dan waktupun menggelepar. 

Kata-katamu menusuk inti jantungku.
Menikam pilu, paling sendu.
Membuat sudut jiwaku berabu.
Kehilangan nyala. Lalu redup.
Aku mati suri. Paling sunyi

Matilah naluri. Ditikam belati
yang paling racun. Membiru ungu,
lalu gelap. Kehilangan nyala paling redup.
Gugup. Tersudut. Mati dalam kemelut

Kata-kata membadai. Beramai-ramai.
Sorak sorai. Dalam hingar bingar,
teriakan sangar. Membakar
Memantik api. Lalu menghanguskan,
menghancurkan. Hilang. Musnah

Jangan!!!

Semua sia-sia. Dalam kata-kata,
sumpah serapah. Membuat gerah,
jengah. Dan semua berantakan.
Luluh lantak. Tak bersisa.

Lalu dari mana, semua kembali memulai?

Kubur kata-kata, sumpah serapah. Buka mata. Berpikir dan berhati.
Hati-hati. Sebelum mati,
dalam sepi.

Badaikan empati. Ramaikan sunyi dengan rindu yang mengalir anak sungai, bersorai. Suka cita membangkitkan diri sendiri. 

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun