Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Percakapan Kunang-Kunang

6 November 2021   18:26 Diperbarui: 6 November 2021   20:16 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puisi : Percakapan Kunang-Kunang. Sumber: Kompas

Di sebuah belantara malam
Bercakap dua sosok kunang-kunang
Di sebuah dahan yang tak lama lagi jatuh ke tanah.
Keduanya bercakap tentang hujan.

Kata mereka,
ketika hujan mereka tak ingin sembunyi.
Sebab hujan tak lagi jatuh ke bumi.
Hujan, hanya membunuh api 

Malam semakin jauh dan menua. 
Kunang-kunang kehilangan waktu. 
Dan pergi satu-satu

Kata mereka, pada akhirnya semua akan pergi.
Bahkan malam yang paling setia sekalipun,
akan meninggalkannya. Kerlip cahaya pada pohon 
penjaga belantara. Pada saatnya akan luluh 
menjadi abu. 

Malam dan kunang-kunang,
saling setia. Lalu saling meninggalkan. 

Hanya manusia yang selalu lupa diri.
Melupakan dirinya
dan juga tanah tempatnya berdiri.
Juga malam yang setia menjaganya. 

Kunang-kunang pergi.
Esok kuku-kuku manusia menggantikannya.
Dari dalam tanah, pada tubuh yang mati. 

Malam dan kunang-kunang tetap setia
dan memulai lagi percakapan.
Tentang hujan yang tak jatuh ke bumi.
Juga tentang manusia yang lupa diri. 

Percakapan kunang-kunang tentang malam yang setia.
Dan manusia yang mati, melahirkan kunang-kunang
dari kuku-kukunya. Dari dalam tanah.

Semua selalu akan berulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun