Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Target Hidup: Cita-cita Mengalir Bersama Niat Baik

27 April 2021   12:05 Diperbarui: 27 April 2021   22:06 2178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Target hidup (Sumber: reddit.com)

Meskipun semua berjalan pelan dan tak ada target apapun, saya tetap jalani. Semua itu saya anggap sebagai proses dan sebuah dinamika perjalanan yang penuh pembelajaran. 

Namun yang pasti, saya jalani semua dengan santai, tanpa merasa terkekang atau menjadi beban. Semua adalah proses belajar. Suatu saat saya akan petik manfaat dan hikmahnya. 

Setamat SMA, orangtua yang mengharapkan saya kuliah di kedokteran pun akhirnya menyerah, mereka tidak memaksakan lagi saya untuk mengambil jurusan kedokteran, dengan pertimbangan bakat saya tidak ke sana, juga karena sadar biaya yang tak terjangkau bila memaksakan diri untuk mengambil kuliah kedokteran.

Waktu itu saya berpikir, tanpa harus dengan perlawanan, namun karena niat baik, akhirnya orangtua saya sendiri yang menyerah, tidak lagi memaksakan saya untuk kuliah di bidang kedokteran atau bidang IPA. Akhirnya saya akan lebih leluasa, mengalir bagai air dan mengikis batu penghadang, tanpa menghancurkannya. 

Saya mengambil jurusan arkeologi, sesuai minat saya. Meskipun berminat, namun menjadi arkeolog waktu itu bukanlah cita-cita ataupun target hidup saya pada saat kuliah. 

Tapi dengan prinsip air mengalir itu, saya mengalir ke tempat yang paling mudah saya tuju. Jurusan arkeologi adalah pilihan terbaik di antara pilihan lainnya, walaupun minat saya jurnalistik juga masih terpendam. Minat jurnalistik, minat pada dunia tulis menulis masih melekat. 

Seperti air mengalir, saya jalani saja sebagai mahasiswa calon arkeolog, tapi bagaikan air mengalir, sampai juga saya pada minat saya pada dunia tulis, menulis. 

Saya belajar jurnalistik, tulis menulis, ketika saat menjadi mahasiswa arkeologi, seorang senior yang bekerja di media, mengajak saya bergabung. Walaupun koran lokal kecil, bagi saya ini menjadi tempat saya untuk belajar dan mengasah minat. 

Mungkin bisa dikatakan semua yang saya jalani mengalir begitu saja, arkeologi saya jalani, belajar jurnalistik saya juga jalani, namun dampaknya semua berjalan setengah-setengah, tidak ada totalitas dalam prosesnya. 

Tapi saya tidak terlalu memikirkan itu semua, soal totalitas saya anggap semua itu juga mengalir. Serba yang setengah-setengah tanpa totalitas, membuat saya terkesan tidak menekuni salah satunya. 

Padahal saya hanya berpikir, dengan menjalani keduanya, ada alternatif-alternatif cita-cita maupun target hidup nantinya. Kalau tidak bisa jadi jurnalis, setidaknya saya sudah punya bekal lainnya menjadi arkeolog. Demikian pikiran saya mengalir begitu saja waktu itu, sebagaimana jalan hidup saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun