Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Peradaban Danau Tondano, Mengemas Situs Virtual Peradaban Kuno

3 Maret 2021   20:44 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:31 2456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Tondano, Kab. MInahasa, Sumber: Dokumentasi pribadi

Salah satu ikon daerah Provinsi Sulawesi Utara adalah Danau Tondano. Danau Tondano dikenal luas oleh publik, baik masyarakat yang bermukim di wilayah Provinsi Sulawesi Utara maupun di luar daerah Sulawesi Utara. 

Bagi publik umumnya, Danau Tondano yang terletak di Kabupaten Minahasa adalah destinasi wisata yang sudah sangat familiar, karena keindahannya dan juga sajian kulinernya di sepanjang pesisir Danau Tondano. 

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Danau Tondano juga menyimpan kisah peradaban kuno yang sudah sangat lampau umurnya, di dalamnya kita bisa menemukan informasi tentang situs-situs arkeologi yang berkembang sejak masa prasejarah hingga masa kolonial. 

Astound Hill, salah satu spot wisata yang mendukung kawasan Danau Tondano. Sumber: Dokumentasi pribadi
Astound Hill, salah satu spot wisata yang mendukung kawasan Danau Tondano. Sumber: Dokumentasi pribadi
Cikal bakal ibu kota Kabupaten Minahasa itu, konon berawal dari pemukiman-pemukiman lahan basah dan persawahan di sekitar Danau Tondano, hingga kemudian berpindah ke kota Tondano yang sekarang sejak tahun 1800an, di masa kolonial hingga saat ini. 

Oleh karenanya, masyarakat sangat mengenal Benteng Moraya, yang dikenal oleh penduduk di kota Tondano khususnya, sebagai pemukiman awal masyarakat Kabupaten Minahasa saat ini. 

Benteng Moraya, saat ini menjadi objek wisata bangunan modern lengkap dengan amphi teaternya, namun di dalamnya masih menyimpan bukti-bukti peninggalan benteng kayu yang kemudian dikenal sebagai Benteng Moraya. 

Bekas kayu gelondongan, penyusun Benteng Moraya kuno. Tampak Irfanuddin W. Marzuki, peneliti Balai Arkeologi Sulut berdiri di sampingnya. Sumber: Dokumentasi pribadi
Bekas kayu gelondongan, penyusun Benteng Moraya kuno. Tampak Irfanuddin W. Marzuki, peneliti Balai Arkeologi Sulut berdiri di sampingnya. Sumber: Dokumentasi pribadi
Benteng Moraya itu sendiri sesungguhnya adalah benteng tradisional masyarakat Tondano sebagai benteng pertahanan dari kampung tradisional atau Minawanua dari orang-orang Tondano yang bermukim di sekitar Danau Tondano. 

Benteng Moraya saat ini meskipun menjadi obyek wisata dengan bangunan modern, lengkap dengan menara dan jembatan seperti jalan layang, namun masih meyimpan bukti-bukti peninggalan Benteng Moraya kuno, yaitu bekas kayu-kayu gelondongan yang berumur ratusan tahun dengan diameter yang cukup besar antara 30-40 cm. 

Selain itu, juga terdapat peninggalan waruga-waruga yang ditempatkan di dalam kawasan Benteng Moraya, berdekatan dengan kayu-kayu bekas benteng Moraya kuno. Semuanya itu tertata rapi untuk sajian wisata bagi para pengunjung benteng Moraya. 

Kini, berdasarkan jejak-jejak peninggalan kuno itu, Danau Tondano dan Benteng Moraya, akan menjadi ikon budaya yang akan dikemas dalam tampilan situs virtual oleh Balai Arkeologi Sulawesi Utara. 

Kawasan obyek wisata Benteng Moraya modern saat ini. Sumber: celebes.co
Kawasan obyek wisata Benteng Moraya modern saat ini. Sumber: celebes.co
Hasil penelitian arkeologi di kawasan Danau Tondano dan juga jejak-jejak kampung kuno di sekitar Benteng Moraya sekarang akan direkonstruksi berdasarkan interpretasi arkeologi dalam bentuk Situs Arkeologi Virtual dan juga akan dikemas dalam bentuk Film Animasi Arkeologi. 

Ikon Danau Tondano melalui program Rumah Peradaban yang digagas Balai Arkeologi Sulawesi Utara nantinya akan menjadi ikon yang tidak hanya sebagai destinasi wisata alam, namun juga ikon wisata budaya yang akan dikembangkan dalam bentuk Situs Virtual yang bisa diakses secara luas oleh siapapun, kapan, dan dimanapun. 

Selain menampilkan ikon Danau Tondano sebagai objek budaya yang dihasilkan dari pengembangan situs arkeologi secara virtual, film animasi arkeologi juga akan diproduksi buku pengayaan, tentang jejak peradaban kuno kawasan Danau Tondano dari masa prasejarah hingga masa kolonial. 

Obyek Waruga yang ditemukan pertama kali oleh penggalian alat berat saat pertama kali dmulai pembangunan kawasan Benteng Moraya modern saat ini. Sumber: Dokumentasi pribadi
Obyek Waruga yang ditemukan pertama kali oleh penggalian alat berat saat pertama kali dmulai pembangunan kawasan Benteng Moraya modern saat ini. Sumber: Dokumentasi pribadi
Buku Pengayaan itu nantinya akan distandarisasi sebagai buku non teks oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga layak untuk dibaca dan didistribusikan untuk sekolah-sekolah di Kabupaten Minahasa khususnya dan Provinsi Sulawesi Utara pada umumnya. 

Dengan program Rumah Peradaban Danau Tondano, maka publik akan mengetahui bagaimana jejak perkembangan peradaban di kawasan Danau Tondano sejak masa prasejarah hingga masa kolonial. Pengetahuan ini, selain untuk penguatan pendidikan dan karakter juga untuk pemajuan kebudayaan. 

Kepedulian terhadap kebudayaan sebagai bagian dari mainstream pembangunan akan menciptakan kepedulian seluruh masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai budaya dan upaya pelestarian sumberdaya budaya. 

Demikian... Salam Rumah Peradaban..Salam Budaya... Salam Lestari..

Salam Hormat

Wuri Handoko, Manado 3/03/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun