Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benteng Maas di Gorontalo Utara yang Misterius dan Misteri Sejarah Pertambangan Emas Zaman Belanda (Bagian 2)

27 September 2020   11:07 Diperbarui: 27 September 2020   19:27 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keramik Cina biru putih bawah glasir (Blue-underglazed) yang ditemukan berasal dari Fujian dan Jingdezhen. Pada masa Raja Kangxi, Raja Yongzheng, dan Raja Qianglong, pembuatan keramik biru-putih bawah glasir dari kedua tempat tersebut memang menduduki puncaknya, dan banyak dieksport ke luar Cina, terutama Asia Tenggara. Para pemesan dengan jumlah yang cukup signifikan adalah VOC di Nusantara.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa "penghuni" atau yang tinggal di Benteng Maas adalah mereka yang memiliki tingkat sosial tinggi, melihat bahwa keramik yang ditemukan banyak yang berasal dari barang-barang Cina yang masuk dalam kategori barang mutu baik, dipesan oleh VOC pada era raja-raja dinasti Qing yang memproduksi barang-barang keramik mutu tinggi. 

Meskipun dijumpai pula barang-barang dari Guandong yang berasal dari produk masal. Hal ini tidak menjadikan masalah, melihat jumlahnya yang tidak banyak, mungkin juga dipakai oleh orang-orang dengan kedudukan yang berbeda dalam benteng tersebut

Setelah menyimak penjelasan soal keramik, tentu kita bisa maklum adanya. Bahwa perdagangan keramik meningkat jumlahnya, bahkan keramik-keramik berkualitas tinggi dan berharga mahal, karena masa perdagangan keramik itu, bertepatan dengan eksploitasi tambang emas berlangsung. 

Artinya kondisi sosial ekonomi, terutama para penguasa VOC dan juga penguasa lokal, tentu memiliki kedudukan sebagai kelas sosial yang tinggi. Kaya, dan berkemampuan ekonomi yang baik. Emas dan rempah-rempah masa itu memang menguntungkan para penguasa lokal, dan terutama VOC? 

Bagaimana masyarakat lokal lainnya, masyarakat biasa pada masa itu? Sisi lain yang tak banyak disinggung oleh banyak peneliti arkeologi dan sejarah. Apakah ada resistensi masyarakat lokal terhadap kondisi ekonomi yang ada? Apakah ada mobilitas sosial secara vertikal pada masa itu? 

Data arkeologi sesungguhnya bisa menjawab soal-soal itu. Karena data artefaktual adalah material budaya, yang bisa membaca lebih jelas, kondisi sosial masyarakat masa lalu. Sekali lagi, arkeologi adalah tentang budaya benda, yang bicara tentang makna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun