Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Arkeologi, Merangkai Harmoni

12 September 2020   13:41 Diperbarui: 18 September 2020   16:01 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah lapangan arkeologi, sebelum pandemi. Sumber: Balar Sulut

Jadi sistem pendidikan nasional yang tidak tunggal, termasuk dalam hal pendidikan sejarah dengan penguatan pula materi pendidikan arkeologi, justru dapat menjembatani pengetahuan lokal setiap anak negeri di setiap daerah.

Pendidikan arkeologi bisa merangkai harmonisasi. Siswa atau anak didik diperkenalkan tentang potensi warisan budaya benda, yang bisa mengungkap perjalanan sejarah bangsa di setiap wilayah nusantara. 

Indonesia yang negeri kepulauan dengan 17ribu pulaunya, memiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing. Keanekaragaman budaya, bahasa dan etnik yang banyak jumlahnya, berbeda-beda dan setiap enitasnya memiliki kekhasannya sendiri.

Setiap komunitas etnis memiliki kekayaan budayanya sendiri-sendiri, yang diturunkan oleh leluhur melalui warisan budaya yang masih kita bisa saksikan sampai hari ini. Kemudian warisan budaya itu dipelajari, dimaknai agar timbul rasa mencintai dan ada keinginan untuk merawat dan melestarikannya. 

Contoh flyer Rumah Peradaban. Sumber: Balar Sulut
Contoh flyer Rumah Peradaban. Sumber: Balar Sulut
Sumberdaya arkeologi, sebagai kekayaan warisan budaya, memiliki nilai-nilai penting diantaranya nilai penting pengetahuan, pendidikan, sejarah, budaya, etnik dan agama.

Jika setiap anak negeri mempelajarinya, mereka paham tentang sejarah budayanya, maka pendidikan arkeologi yang spesifik di setiap daerah sangat relevan dan diperlukan.

Berdasarkan data arkeologi yang dimilikinya, maka akan lebih memahami bagaimana sejarah budaya bangsa itu mengalir dan sampai menjadi Republik Indonesia seperti sekarang ini.

Pemahaman ini justru akan menyatukan, merangkai harmoni. Perbedaan kultur, sejarah dengan kekhasannya masing-masing, disatukan melalui proses panjang perjalanan sejarah budaya di negeri kepulauan, yang disatukan oleh laut. 

Buku-buku pengayaan arkeologi yang ringan dalam berbagai bentuk genre bisa dikembangkan. Buku-buku komik arkeologi untuk tingkat SD. Lalu untuk SMP bisa disuguhkan buku-buku feature populer, demikian pula untuk tingkat SMA. Dengan memperkuat konten-konten muatan lokal, anak didik di setiap daerah, mengetahui lebih banyak sejarahnya, memahami kebudayaannya lebih luas. 

Tentu semua pihak perlu bergandeng tangan soal ini, terutama di level pemerintah, pusat maupun daerah. Buku-buku pengayaan sejarah, arkeologi dan budaya lainnya semakin digaungkan.

Siswa diajak memahami sejarah budayanya dengan cara yang lebih nyaman dan memikat. Informasi sejarah budaya perlu direkayasa dalam bentuk komik dan animasi  yang lebih memikat dan menghibur. Tanpa kehilangan bobot muatannya, informatif dan bermaanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun