Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Loloda, Menemukan Sejarah yang Hilang

14 Agustus 2020   15:37 Diperbarui: 23 Agustus 2020   17:13 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Loloda. Sumber: dokpri

Makam ini adalah makam kuno, dengan nisan menhir, namun kondisi sekarang, pada bagian nisan makam, sudah diperbaharui, sehingga kehilangan nilai kekunoannya. 

Ciri makam kuno, dengan susunan jirat batu dan nisan menhir, merupakan ciri makam kuno yang umum. Ciri ini sesungguhnya merupakan bentuk adaptasi budaya pra Islam yang masih berlanjut meskipun masyarakat sudah mengenal Islam.

Jejak Makam Kuno beukuran besar. Sumber: Dokpri
Jejak Makam Kuno beukuran besar. Sumber: Dokpri
Kami juga menemukan makam-makam kuno lainnya, yang lokasinya terkonsentrasi dan tidak berada pada area yang sama dengan makam Imam Syawal. Lokasi makam, berada di sebelah utara Situs Kedaton Soasio, dan lebih dekat ke arah sungai Loloda. 

Beberapa makam menunjukkan makam Islam dengan tipologi lokal, yakni tipologi pengaruh budaya pra Islam, dengan nisan menhir, namun beberapa diantaranya terdapat makam dengan tipologi nisan yang cenderung memperlihatkan tipologi Ternate. Nisan dengan tipologi Ternate, semakin memperjelas bentuk pengaruh Ternate terhadap Kerajaan Loloda.

Selain makam-makam Islam yang sudah disebutkan, juga ditemukan satu makam yang unik, berbeda dengan makam lainnya, yakni sebuah makam yang menunjukkan makam pra Islam, atau makam yang bukan ciri makam Islam. Kemungkinan tokoh yang dimakamkan adalah tokoh masyarakat asli (alifuru) yang belum beragama, atau masih menganut agama suku (animisme).

Ukuran makam yang sangat besar dengan nisan batu menhir dan berorientasi cenderung arah barat timur, berbeda dengan makam-makam Islam sebelumnya yang berorientasi Utara-Selatan. 

Ukuran makam, dengan jirat atau badan makam, mencapai hampir dua kali ukuran tinggi manusia, itu cukup aneh dan mengundang pertanyaan.

Keberadaan makam ini, memberikan penjelasan bahwa lokasi Soasio, merupakan sebuah kampung yang sudah dihuni sebelum munculnya komunitas muslim Loloda. Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa selain kampung muslim Soasio, juga terdapat kampung-kampung pedalaman, yang masih menganut agama suku. 

Selain temuan fitur bekas kedaton dan artefaktual seperti yang disebutkan sebelumnya, temuan koin logam bertahun 1898 dan artefak botol-botol Belanda, serta keramik Eropa, dapat menjadi bahan interpretasi bahwa, wilayah ini pada abad itu, dikuasai oleh pihak Kolonial.

Meski jumlah temuan koin yang minim atau hanya satu buah berdasrkan survei yang dilakukan, kemungkinan menunjukkan bahwa pada masa itu, alat tukar yang digunakan berupa uang Belanda, yang dapat pula diterjemahkan bahwa ekonomi kolonial menguasai wilayah itu.

Secara geografis, Loloda merupakan kerajaan pedalaman di Daerah Aliran Sungai yang sangat terbuka berhubungan dengan wilayah lain melalui laut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun