Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Desk Study, Solusi Peneliti di Masa Pandemi

6 Agustus 2020   11:24 Diperbarui: 14 Agustus 2020   04:49 2528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desk study | Photo by Slava Keyzman on Unsplash (@slavakm)

Secara umum, penelitian arkeologi, mengumpulkan data dari lapangan, melakukan survei, ekskavasi atau penggalian untuk memperoleh data dibawah permukaan tanah, lalu melakukan analisis yang dimulai sejak di lapangan.

Saya ambil contoh, misalnya penelitian arkeologi di wilayah Kepulauan Talaud, kerjasama penelitian Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Sulawesi Utara, ini sekedar contoh saja. Bagi kami yang di Manado, mungkin cukup ke Bandara Sam Ratulangi atau naik kapal laut dan langsung menuju ke Molunguane, di Kabupaten Kepulauan Talaud.

Tapi bagi para penerliti atau arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional yang berkedudukan di Jakarta, perjalanan lebih panjang lagi. Kondisi itu tentu membutuhkan perjalanan dinas. 

Para peneliti atau arkeolog, keluar dari kantor atau dari rumahnya di Jakarta, lalu harus ke bandara, untuk tiba di ibukota Provinsi Sulawesi Utara di Manado. Lalu membutuhkan penginapan atau hotel untuk beristirahat dan mempersiapkan rencana dan strategi lapangan, selain tentu saja untuk keperluan koordinasi.

Semua proses itu, tentu ada kegiatan perputaran uang. Membayar tiket, menyewa kendaraan dan juga menginap di hotel, selain makan dan minum selama di perjalanan, serta kebutuhan membeli peralatan dan perlengkapan penelitian yang dibutuhkan. Dengan demikian, proses penelitian, sesungguhnya memiliki konstribusi dalam perputaran uang, terutama juga untuk mendorong pergerakan ekonomi lokal atau ekonomi di daerah. Pada aspek itu, perjalanan dinas peneliti sangat dibutuhkan.

Namun di satu sisi, kegiatan penelitian arkeologi yang jika secara ketat melakukan penelitian lapangan sebagaimana hari-hari biasa yang normal sebelum masa pandemi dan sesuai standar prosedur operasional, tentu sangat beresiko, khususnya bagi peneliti sendiri. Faktor kerentanan terjadinya penularan Covid, sangat besar. Hal ini karena standar penelitian arkologi, selain soal proses perjalanan jarak jauhnya, juga interaksi dengan penduduk lokal di wilayah situs arkeologi.

Banyak aspek soal ini, pertama; kekhawatiran tim peneliti terhadap resiko penularan Covid selama di perjalanan. Mobilitas dari satu bandara ke bandara lain, atau dari Pelabuhan ke Pelabuhan, belum lagi dari hotel dan penginapan, ke rumah makan dan sebagainya. Itu semua faktor yang sangat wajar dikhawatirkan.

Kedua, kekhawatiran yang terjadi pada penduduk lokal, yang akan ditemui atau akan melakukan interaksi dengan tim peneliti yang datang dari kota lain. Kekhawatiran ini wajar, mengingat banyak kasus penularan Covid, terjadi setelah adanya interaksi dengan orang dari luar kota atau luar daerah yang datang ke daerah tertentu. Faktor kekhawatiran penduduk lokal, tentu saja bukan faktor yang bisa diabaikan begitu saja.

Ketiga, faktor kondisi daerah setempat. Adakalanya, daerah-daerah yang akan didatangi oleh peneliti dari luar kota, dalam posisi zona merah, misalnya. 

Kondisi ini tentu saja akan menutup akses bagi kedatangan orang dari luar kota yang memasuki wilayah setempat yang masih zona merah, apalagi diterapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Faktor semua itu tentu saja, mempengaruhi dan menghambat kegiatan perjalanan dinas, khususnya penelitian arkeologi, yang berdasarkan standar operasionalnya, memang harus melakukan perjalanan dinas.

Namun pada aspek lain, di masa pandemi pembatasan sosial dan juga mengantisipasti timbulnya kluster penularan Covid juga harus dihindari. Maka dari itu, khusus kegiatan penelitian, proses perjalanan dinas keluar daerah dibatasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun