Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cara Mudah Menulis Artikel Ilmiah

2 Agustus 2020   13:37 Diperbarui: 3 Agustus 2020   05:44 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tumpukan buku. (sumber: pixabay/ninocare)

Dan sebenarnya setelah mengumpulkan data dan menganalisisnya, sebenarnya kita sudah menyimpan jawaban atau penjelasan dari isu yang hendak kita pecahkan.

Baiklah, saya hanya ingin berbagi pengalaman, mungkin setiap orang berbeda, tapi saya akan membagikan versi saya, berdasarkan kebiasaan saya. Sekali lagi ini versi saya, bagi teman-teman yang gak percaya, dipersilakan mengikuti banyak bimbingan penulisan ilmiah, yang diadakan oleh banyak lembaga penelitian.

Setiap saat LIPI juga mengadakan semacam diklat penulisan ilmiah, yang saya yakin teman-teman peneliti juga sering ikuti. Hal ini karena biasanya LIPI mengundang secara khusus lembaga-lembaga penelitian di seluruh kementerian yang ada. Namun, banyak pula usai mengikuti diklat, tetap saja, sebagian peneliti kesulitan mengimplementasikannya.

Bisa jadi karena memang minat yang kurang, bakat yang tidak diasah, tidak punya bakat menulis dan tidak sering (baca: malas) mencoba, atau alasan apapun. 

Tapi sebagai peneliti, menulis itu wajib, suka tidak suka, harus dilakukan. Oleh karena itu yang penting, jadilah diri sendiri dulu. Lalu menulislah seperti yang kita pikirkan. Tidak perlu mencoba menjadi orang lain melalui tulisan. Tulisan itu wajah kita sebenarnya, jati diri kita.

Jadi menulislah dengan cara merdeka. Namun karena, tulisan ilmiah memiliki kaidah baku, maka suka tidak suka kita harus mengikutinya. Menulis ilmiah dengan cara merdeka maksud saya, ikuti jalan pikiran kita dulu.

Soal teori dan metode itu sebenarnya ada pada tataran penelitiannya, sudah pasti sudah tertuang dalam proposal, gunakan itu, pindahkan ke dalam kerangka tulisan ilmiah yang akan kita buat, lalu mengalirlah menguraikan data dan kemudian membuat interpretasi dan kesimpulan.

Saya tidak ingin mengatakan ini kiat atau tip, namun hanya semacam menyampaikan kebiasaan saya dalam menulis artikel ilmiah. Terlalu lancang kalau saya membagikan tip atau kiat menulis ilmiah, sebab saya sendiri bukan penulis yang produktif. 

Cukup dengan berselancar di google scholars, maka teman-teman peneliti, para arkeolog bisa membuktikan bahwa saya memang tidak termasuk peneliti yang produktif.

Dibandingkan dengan yang lain, kita tahu banyak peneliti muda yang sangat populer dengan karya tulis ilmiahnya, sehingga usia tiga puluhan sudah memiliki jenjang peneliti ahli utama, atau bahkan mungkin sudah ada yang bergelar professor riset, ditunjang pula dengan jenjang pendidikannya yang paripurna.

Meskipun khusus untuk bidang arkeologi yang saya geluti, sepertinya memang belum ada, arkeolog yang benar-benar produktif dan kualitasnya melebihi rata-rata, kecuali sahabat saya Sofwan Noerwidi, jebolan Doktoral di Universitas Sorbonne, Perancis, yang saat ini bekerja di Balai Arkoelogi DI Yogyakarta. Arkeolog muda belia, yang produktif dan tulisan-tulisannya sangat berkualitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun