Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kepulauan Talaud, Merawat Keindonesiaan di Pulau Terluar

31 Juli 2020   16:35 Diperbarui: 23 Agustus 2020   21:57 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyiur Melambai, di sebuah pantai di Pulau Buida, Kepulauan Talaud. Sumber: Balai Arkeologi Sulut

Pantai di Pulau Melonguane, Kep. Talaud. Sumber: Balar Sulut
Pantai di Pulau Melonguane, Kep. Talaud. Sumber: Balar Sulut
Para migran Austronesia hadir di Kepulauan Talaud, sekitar 3600 tahun yang lalu itu memperkenalkan pertanian dan juga memelihara binatang, serta hidup menetap dan berkelompok.

Jejak budaya Asutronesia awal di Kepulauan Talaud itu dapat dilihat hingga sekarang. Situs-situs arkeologi menunjukkan beberapa tinggalan budaya Austronesia. Wilayah Kepulauan Talaud sejak sekitar tahunn 1976 sudah menjadi perhatian para arkeolog. 

Seorang Peter Bellwood, yang bisa disebut Begawan nya arkeologi mkawasan Asia Tenggara dan Pasifik, tertartik dengan situs-situs di Pulau Karakelang, Buidan dan Pulau Salibabu, di Kepulauan Talaud. 

Penelitian arkeolog sepuh itu, menghasilkan sejumlah informasi penting yang menegaskan bahwa Kepulauan Talaud, memiliki ciri sebagai bagian dari Budaya Austronesia.

Di kalangan arkeolog, sudah sangat familiar artefak tembikar berpoles merah maupun tembikar polos, beliung persegi dan sebagainya yang menandai budaya Asutronesia awal. Sementara itu, budaya tak benda seperti tradisi cocok tanam, hingga sekarang juga menjadi ciri budaya budaya di Kepulauan Talaud yang masih berkembang.    

Berdasarkan laporan riset, sebelum kedatangan migran Asutronesia dari Taiwan, datang di Kepulauan Talaud, bukti-bukti kehidupan purba yang lebih tua lagi sudah ada sebelumnya. Bukti aktifitas menunjukkan aktifitas hunian dan kehidupan prasejarah di Talaud sekitar 30.000 tahun lalu di sebuah situs gua prasejarah yang dikenal dengan nama Leang Sarru. 

Kehidupan ditandai dengan temuan-temuan arkeologi di gua-gua prasejarah, berupa sisa makanan hewan laut, kerang-kerangan. Yang menunjukkan, bahwa konsumsi utamanya masyarakat prasejarah puluhan ribu tahun lalu itu hanya mengandalkan hewan laut. Bukti adapatasi manusia masa lampau terhadap lingkungan pulau yang ditempatinya, sebagai daerah kepulauan.

Sepertinya, jika menguraikan seluruh informasi tentang jejak perjalanan migrasi penutur Austronesia di Kepulauan Talaud, bakan sangat panjang, seperti menulis novel panjang dan berjilid-jilid. Yang pasti, jejak kebudayaan masa lampau Orang Talaud itu, menjadi spirit orang Talaud untuk merawat Keindonesiaan. 

Di depan para Pantua Adat Banua, saya didaulat untuk menyampaikan banyak hal tentang jejak nenek moyang penutur Austronesia di Talaud. Mereka meyakini, bahwa itu semua bukti bahwa cikal bakal Indonesia, salah satunya dimulai dari Kepulauan Talaud. Keyakinan itu menjadikan kebanggan, sekaligus energi untuk setia merawat Keindonesiaan. 

Kebanggaannya sebagai Orang Talaud sebagai bagian dari NKRI adalah energi positif, merawat semangat kebangsaan, merawat jatidiri Orang Talaud sebagai bagian dari tumpah darah negara tercinta Indonesia.

Salam Budaya... Salam Lestari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun