Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menanti Tanpa Henti, Mewujudkan Mimpi Kawasan Megalitik Lore Lindu Menjadi Warisan Dunia

27 Juli 2020   15:47 Diperbarui: 18 Agustus 2020   21:35 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Field school di Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber foto: Wuri Handoko/Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Tokoh manusia yang dipahatkan pada arca megalitik terdiri dari berbagai macam bent Arca megalitik di Lembah Besoa ketika ditemukan sebagian besar masih dalam bentuk yang utuh, dengan arah hadap yang bervariasi. dan adapula yang terlentang dan terbenam dalam tanah atau semak belukar.

Tokoh manusia yang dipahatkan pada arca megalitik terdiri dari berbagai macam bentuk dan ciri-ciri yang mempunyai banyak persamaan antara arca yang satu dengan arca yang lain. Arca megalitik di Lembah Besoa biasanya berbentuk manusia yang digambarkan sederhana dan kaku (statis).

Arca-arca megalitik di Lembah Besoa umumnya digambarkan dalam bentuk yang sederhana dan umumnya berbentuk kepala sampai badan, dengan kaki atau tanpa adanya kaki. kadang-kadang tanpa tangan.

Patung Palindo, di Lembah Bada, Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber: Kemendikbud
Patung Palindo, di Lembah Bada, Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber: Kemendikbud
Badan digambarkan dengan bentuk bulat, tangan dipahatkan sederhana menuju ke kemaluannya, hidung pesek dan besar, mata digambarkan secara sederhana dalam bentuk bulat, lonjong maupun oval kadang digambarkan melotot, mulut tidak digambarkan, alis melengkung tebal, telinga kadang-kadang ada dan kadang-kadang tidak ada, pada bagian dahinya kadang terlihat seperti ada tali kepala (tali bonto), kemaluan kadang-kadang digambarkan sangat menonjol. 

Pendek kata, dalam penelitiannya, senior saya itu menggambarkan temuan-temuannya itu dengan sangat detail, dalam laporannya yang dipublikasikan tahun 2000 itu.

Bukan hanya temuan patung megalitik saja, semua obyek-obyek arkeologi warisan budaya yang dijumpai di di kawasan Megalitik itu, semua digambarkan secara detail. Temuan Kalamba atau Batu Lumpang, dolmen, batu dakon, satu per satu dengan teliti dan tekun digambarkan dengan detail, baik bentuk maupun ukurannya.

Ragam Arca Megalitik di Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber; Museum Nasional/Iksam Kaili /Museum Sulawesi Tengah
Ragam Arca Megalitik di Kawasan Megalitik Lore Lindu. Sumber; Museum Nasional/Iksam Kaili /Museum Sulawesi Tengah
Begitulah cara standar arkeologi bekerja. Belum lagi soal analisis-analisis hubungan antar obyek, obyek dengan lingkungannya dan sebagainya. Pada intinya, di kawasan KMLL, kepiawaian seorang arkeolog dapat dieksplorasi dengan gerak yang lincah dan dinamis, tergantung ketekunan dan daya tangkap arkolog saja terhadap fenomena budaya yang hendak dijelaskannya.

Tidak cukup disitu saja, penelitian arkeologi terus dilanjutkan. Balai Arkeologi Sulawesi Utara pun juga konsen melakukan berbagai penelitian di situs Kawasan Megalitik Lore Lindu itu. Peta sebaran situs di kawasan KMLL dihasilkan oleh Balai Arkeologi Sulut. Selanjutnya, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, menindaklanjutinya dengan pembuatan zonasi kawasan pelestarian KMLL.

Pada tahun 2013, Dwi Yani Yuniawati dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bahkan telah mengetahui umur atau pertanggalan situs, yakni dari ekskavasi di wadah kalamba dan sekitar kalamba diperoleh pertanggalan sekitar awal-awal abad Masehi dan kemungkinan berakhir sekitar abad ke-15 Masehi tetapi dari hasil kronologi dari wadah kalamba lainnya, diperoleh pertanggalan yang sangat tua, yang pertanggalannya mempunyai kronologi mendekati 3500 tahun yang lalu.

Meskipun pertanggalan itu, masih sebagian kecil saja yang diketahui, dan menyisakan banyak pertanyaan soal perkembangan budaya dari perjalanan sang waktu menandai peradaban.

Setelah riwayat penelitian yang panjang dan semakin banyak hal terungkap dari misteri peradabannya, tentu bukan mimpi yang muluk-muluk, kawasan dengan luas wilayah cagar budaya itu 156.126 hektare dengan KMLL seluas 692 hektare, dengan kekayaan warisan budaya di dalamnya, sangat layak jika menjadi kawasan world heritage.

KMLL tersebut mencakup tiga lembah (Bada, Behoa, dan Napu) di Kabupaten Poso, yang biasa disebut sebagai Lembah Lore Lindu, ditambah satu kawasan gabungan Lembah Palu dan Danau Lindu di Kabupaten Sigi. Apalagim KMLL terletak di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu, yang dilindungi negara, dengan sekitar 215 ribu hektare yang lahannya terbentang di Poso dan Sigi, dulu Kabupaten Donggala sebelum Sigi jadi kabupaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun