Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waruga Malang, Waruga Tersayang: Setitik Harapan di Tengah Ancaman Kemusnahan

10 Juli 2020   22:14 Diperbarui: 23 Agustus 2020   22:02 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kubur batu atau waruga yang dirusak oleh orang tidak dikenal di komplek pekuburan Kaima, Kauditan, Minahasa Utara. (sumber: KOMPAS.COM/BPCB Gorontalo)

Pemerintah daerah, sudah mengupayakan relokasi waruga. Namun prosesnya dianggap kurang hati-hati apalagi menggunakan alat berat, berdampak pada hancurnya puluhan waruga itu. 

Konon, jauh sebelum waruga ini dipindahkan masyarakat adat menolak relokasi waruga yang ada di negeri tua Kinangkoan dan Pinandean. Alasannya kedua tempat itu merupakan tanah adat. 

Masyarakat anggap relokasi waruga yang merusak, mengancam hilangnya identitas Suku Minahasa. Selain itu masyarakat menganggap sosialisasi ke masyarakat rencana relokasi tidak optimal, sehingga hak-hak kultural masyarakat terabaikan.

Suara protes masyarakat terhadap berbagai kerusakan situs waruga, adalah titik balik kesadaran masyarakat terhadap pelestarian situs waruga. Mungkin sebelum kasus kerusakan situs waruga Kuwil sudah banyak terjadi, tapi sorotan public sepertinya tidak mengemuka. Setelah kerusakan Waruga, berbagai elemen masyarakat mengkampanyekan slogan #SaveWaruga. 

Meluas ke seluruh pelosok negeri di Bumi Minahasa. Berbagai kerusakan waruga berikutnya di berbagai tempat, ramai disoroti oleh masyarakat. Contoh tahun lalu, kerusakan Waruga di Desa Kaima, yang tidak diketahui pelakunya. 

Beberapa waruga, dirusak oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Sepertinya ingin mengambil harta karun yang dikubur bersama leluhur Minahasa di dalam peti kubur itu. 

Setidaknya, begitu pemikiran awam masyarakat. Padahal umumnya waruga-waruga yang ada di Minahasa sudah tidak memiliki bekal kubur. Sebenarnya, waruga di berbagai tempat yang bertahan sampai sekarang, itu  sudah tidak insitu lagi, merupakan hasil pemindahan sebelumnya sejak puluhan tahun yang lalu.

Pelestarian Cagar Budaya, Pengelolaan dan Ide Rekayasa Situs Taman Purbakala Seribu Waruga

Ditengah berbagai ancaman kerusakan waruga. Balai Arkeologi Sulawesi Utara, mewacanakan adanya "rekayasa" Situs Waruga dalam bentuk pembuatan Taman Purbakala Seribu Waruga. Wacana ini juga mendapat sorotan dan terjadi pro kontra di masyarakat. 

Rekayasa situs Waruga, dengan merelokasi ribuan waruga yang dipilih berdasarkan tingkat keterancaman dari kerusakan. Ide itu, di satu sisi dianggap mengabaikan nilai kesejarahan tanah ulayat yang melekat dengan keberadaan lokasi situs waruga itu sendiri.

Karena, keberadaan waruga di wilayah hukum tua, atau desa tertentu, menjadi simbol kesejarahan sekaligus identitas masyarakat di desa itu sendiri, menjadi obyek kebanggan masyarakat desa, dimana waruga berada. Jadi kalau merelokasi waruga yang terancam kerusakan dari lokasi keberadaannya sama saja menghilangkan sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun