Waruga adalah simbol budaya warisan leluhur nenek moyang masyarakat Minahasa. Pada waruga, juga dapat mengungkap perilaku sosial masyarakat Minahasa masa lampau, yang kemudian terus berlanjut hingga saat ini. Ingin melihat, bagaimana masyarakat Minahasa dulu membangun organisasi sosial?Â
Pelajari Waruga. Ingin tahu, bagaimana sikap kerjasama dan gotong royong masyarakat Minahasa? Teliti waruga. Waruga, bukan semata peti kubur, tetapi nilai-nilai penting budaya, melekat pada waruga.
Nilai Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
Selain nilai budaya, waruga juga memiliki nilai ekonomis. Waruga yang sudah dilindungi, ditata dan dikelola menjadi obyek Cagar Budaya, juga menjadi obyek wisata budaya.
Selain itu, dalam perkembangannya, untuk pembangunan berkelanjutan, industri kreatif juga dapat dikembangkan. Seni kriya, seni dekoratif, desain batik, arsitektur dan sebagainya, semuanya melekat pada obyek waruga yang dapat didayagunakan untuk pengembangan industri kreatif.
Kerusakan Waruga dan Titik Balik Kesadaran Masyarakat
Tahun 2018 menjadi titik balik kesadaran masyarakat Minahasa. Waktu itu, berbagai berita lokal cetak maupun berita online nasional, memberitakan kerusakan Kawasan Waruga di Desa Kuwil dan Kawangkoan karena perluasan area untuk pembangunan waduk.Â
Selain persoalan lahan, yang berkaitan dengan hak ulayat, rakyat menggugat pengembang waduk, karena puluhan waruga di buldoser. Waruga yang merupakan peti kubur nenek moyang Masyarakat Minahasa, dibuldoser untuk perluasan area waduk. Pemerintah dan masyarakat menghadapi dilema. Waduk sangat penting untuk dibangun.Â
Akibat bencana Banjir di Bumi Minahasa, pemerintah pusat mencanangkan pembangunan waduk. Bahkan suatu ketika, proyek pembangunan waduk itu ditinjau langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.Â
Masyarakat berharap, waduk itu segera dibangun, tapi tidak dengan mengorbankan situs Waruga. Dengan menghancurkan waruga juga dianggap melukai masyarakat Minahasa, yang sangat menghormati leluhurnya.