Mohon tunggu...
Wuni Tatri
Wuni Tatri Mohon Tunggu... Lainnya - be+

lookgood.feelgood.dogood

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mending Terlambat daripada Tidak (Sebuah Motivasi untuk Belajar Financial Planning)

16 Desember 2020   11:50 Diperbarui: 16 Desember 2020   14:50 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

HALO HALO SEMUANYA,
semoga dalam keadaan sehat ya semua yg lagi jadi member kompasiana, aamin

Karena ada tugas kuliah dengan tema motivasi, akhirnya saya nulis disini lagi, heheh..

kali ini saya mau cerita tentang motivasi. Yang akan saya tulis adalah hal yang memotivasi saya untuk belajar mengenai financial planning. Seberapa perlu mempelajari financial planning? Tergantung pada seberapa kita peduli terhadap keuangan di masa tua kita nanti.

Oke,,, jadi saya itu tipikal orang yang terlalu ambil pusing masalah financial. Mulai dari ga pernah catat pengeluaran dan pendapatan, ga pernah nabung, gak pernah investasi, pokoknya ga pernah deh ngeributin masalah uang. Gak pernah ada terlintas mikirin tabungan, dana darurat, uang pensiunan (masatua), bawaannya seperti gampang lah nantinanti aja nabungnya, ehh,, ternyata... lho kok tibatiba uang tinggal segini ya?? Habis untuk apa nih?? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seputar kemana uangku selama ini?? Hhohoh...ohya, Saya seorang karyawati di sebuah perusahaan yang mana di circle lingkungan kerja sudah banyak yang lebih dulu belajar mengenai financial planning ini. Mulai dari denger mereka saling cerita bagaimana cara mereka mengolah uang. sampai siapa saja financial advisor yang menjadi panutan dalam mengelola uang mereka. Nah dari 2 hal diatas itu, saya tergerak dan termotivasi untuk ikutan mempelajari financial planner juga.

Seorang professor Kanada yang bernama Victor Vroom pada tahun 1964 dalam bukunya yang berjudul "Work and Motivation" mengemukan sebuah Teori Motivasi yang beranggapan bahwa orang-orang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena menginginkan suatu hasil yang diharapkan. Teori tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Teori Harapan atau Expectancy Theory.Yaitu :

  • Harapan (Expectancy), yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu usaha akan menghasilkan kinerja tertentu. Effort (Usaha) Performance (Kinerja).
  • Instrumentally, yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu kinerja akan mendapatkan hasil tertentu. Performance (Kinerja) Outcome (Hasil)
  • Valensi (Valence), yaitu mengarah pada nilai positif dan negative yang dirujuk oleh orang-orang terhadap sebuah hasil.

Harapan, dengan adanya motivasi daam diri saya untuk mempelajari financial planner saya berharap, keuangan saya lebih tertata dan tahun depan saya bias berangkat umroh bersama keluarga (aamiin)

Instrumentally, saya percaya bahwa tidak ada hasil yang menghianati usaha, ehhehe.. . saya berusaha untuk belajar dan terus belajar untuk membenahi cara pengelolaan uang.

Valensi, belajar menglola keuangan adalah hal yang positif, dan saya percaya akan membuahkan suatu hal yang juga positif.

Terus hasil belajar financial planner gimana? Yah Alhamdulillah, sedikit demi sedikit saya bisa punya tabungan, tidak lagi terjebak dalam gaya hidup berlebih yang membuat pengeluaran saya lebih besar.

Ohya buat temen-temen yang mau belajar juga mengenai financial planner bisa bgt mulai sekarang follow akun IG dan mulai baca-baca akunnya :

  • Jonathan End (@jonathanend)
  • Prita Ghozie, ZAP Finance (@pritaghozie, @zapfinance)
  • Ligwina Hananto (@mrshananto)
  • Andhika Diskartes (@andhika.diskartes)

Atau bisa juga dengerin podcast kalo missal lagi males baca, diantaranya :

  • FinTalk Podcast by Finansialku
  • Podcast Diskartes
  • Financial Planning Indonesia by Indra Hadiwidjaja
  • Atau podcast nya komunikus favorit aku, bang raditya dika, doi juga pernah colabs bareng Felicia Putri Tjiaksa tentang milenial yang melek Financial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun