Mohon tunggu...
Wulan Suhailatun
Wulan Suhailatun Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Conten Creator

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Psikologi pada Budaya Patriarki Masyarakat Jawa

25 Januari 2022   15:57 Diperbarui: 25 Januari 2022   15:58 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku Jawa adalah salah satu dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia. Dan Suku Jawa menjadi suku terbesar yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan Suku Jawa tidak hanya mendiami Pulau Jawa tetapi hampir di seluruh Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015, 40,05% dari penduduk Indonesia adalah Suku Jawa. Karena hal ini, menyebabkan adanya kebudayaan Suku Jawa yang dapat dijumpai di berbagai tempat, salah satunya adalah budaya patriarki di Jawa. Menurut KBBI, patriarki adalah perbuatan yang mementingkan atau memprioritaskan laki-laki daripada perempuan dalam suatu komunitas atau kelompok. Menurut Bressler (dalam Apriliandra S, dan Krisnani H, 2021:3) budaya patriarki adalah suatu aturan sosial yang ada pada suatu kelompok dimana laki-laki memiliki otoritas dan menjadi pusat kendali di aturan tersebut. Budaya patriarki berkembang karena adanya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin secara bertahap dan berkembang dalam budaya pra-modern. Dimana fisik laki-laki serta jaringan otot laki-laki lebih unggul daripada perempuan dan kedudukan biologis perempuan untuk melahirkan anak, hal ini masih berlaku sampai sekarang. Laki-laki menyediakan kebutuhan sehari-hari dan menjaga keluarganya dari hal yang tidak diinginkan. Hal ini dapat mendorong adanya pemberian otonomi dan peluang lebih besar terhadap patriarki (Hermawati T, 2007:19).

Di budaya Jawa terdapat kata-kata yang memasangkan status perempuan lebih rendah dari laki-laki. Dan hal tersebut telah meresap pada hati masyarakat, sebagai akibat dari hal tersebut adalah adanya pemakluman dan disetujui oleh masyarakat umum. Contohnya ada ungkapan Jawa kanca wingking, maksudnya adalah perempuan akan menjadi teman dalam mengurus tempat tinggal, anak, memasak, mencuci, dan lain sebagainya. Dan ada juga ungkapan manak, macak, masak, maksudnya disini adalah bahwa perempuan harus melahirkan anak, selalu tampil cantik, dan dapat memasak (Hermawati, dalam Apriliandra S, dan Krisnani H, 2021:4). Dan di ajaran Serat Candrarini, perempuan harus setia, mau dipoligami, menyayangi sesama, kompeten dalam pekerjaan atau urusan perempuan, dapat merawat diri dan bersolek, rendah hati, peduli terhadap mertua, dan tekun untuk membaca buku pedoman. Hal inilah yang membentuk anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Menurut Sugihastuti dan Sastriyani, 2007 (dalam Apriliandra S, dan Krisnani H, 2021:6), perempuan tidak bisa tumbuh karena adanya pembatasan pada suatu aktivitas dan penempatan status sosial. Hal ini terjadi karena mereka meyakini bahwa perempuan adalah makhluk yang emosional dan bodoh.

Budaya patriarki dapat terjadi karena adanya sistem nilai yang konkrit dalam suatu masyarakat untuk menganggap suatu hal benar atau salah. Dari penjelasan diatas, budaya patriarki berkembang karena adanya ketidaksadaran pada diri individu karena hal tersebut sudah menjalar dan tertanam sejak lama sehingga dianggap normal oleh sebagian orang. Dari ungkapan-ungkapan yang terdapat pada Suku Jawa serta ajaran-ajaran didalamnya, jelas bahwa budaya patriarki ini dipelajari dan diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya sehingga nilai dan keyakinan itu terus ada hingga sekarang. Hal-hal tersebut berfokus pada kognisi manusia, bagaimana manusia membuat dan mendapatkan pengetahuan tentang tata cara hidup. Karena adanya budaya yang turun-temurun tersebut akan mempengaruhi pola pikir seseorang dan bagaimana seseorang harus berperilaku pada suatu kondisi.

REFERENSI YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN ARTIKEL:

(2016). Retrieved from Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/patriarki

Ciputra, W. (2022, Januari 04). Selain Jawa dan Sunda, Ini Daftar Suku di Pulau Jawa. Retrieved from Kompasiana: https://regional.kompas.com/read/2022/01/04/110844178/selain-jawa-dan-sunda-ini-daftar-suku-di-pulau-jawa?page=all

Hermawati, T. (2007). Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender. Jurnal Komunikasi Massa, 19-20.

Krisnani, S. A. (2021). PERILAKU DISKRIMINATIF PADA PEREMPUAN AKIBAT KUATNYA BUDAYA PATRIARKI DI INDONESIA . Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3-6.

Mengulik Data Suku di Indonesia. (n.d.). Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun