Mohon tunggu...
Wulan Saroso
Wulan Saroso Mohon Tunggu... Lainnya - educator, mompreneur, sosio developer

istri dan ibu, pendidik informal, mompreneur, sosio developer suka membaca, menulis, bikin kue, berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemarau Itu Menyakitkan (Belajar dari Bunga Bakung)

12 September 2021   10:31 Diperbarui: 12 September 2021   10:33 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penelitian ini dikenali sebagai 'God Spot' atau God Module'. Sebelum penelitian ini dijalankan, para penderita epileps (temporal lobe epilepsy) melaporkan bahwa mereka begitu kuat mengingat Tuhan sesaat setelah serangan kejang terjadi. 

Mereka mengaku bahwa merasa begitu dekat dengan Tuhan dan seolah mendapat petunjuk saat mereka dalam kondisi tidak sadarkan diri. Situasi ini menarik minat para peneliti hingga sampai pada penelitian 'God Spot'.

Ketika kemarau tiba, kondisi kita terpuruk, tanpa daya, kering, sendiri bahkan seakan 'mati', ada bagian saraf otak kita yang membawa kita kepada Sang Maha Pencipta. Yang menguasai alam dan menguasai diri kita. Seakan kita dituntun untuk mencari ketenangan dan memohon keridhoanNya.

Meminta untuk tidak dihukumi atas segala khilaf yang kita lakukan sehingga harus menjalani krisis yang sedemikian. Maka kemarau dalam musim hidup kita kembali mengajarkan kita untuk kembali mendekat padaNya.

Ketika krisis, saat itu pula kita mulai bisa memahami apa yang dirasakan oleh orang-orang yang menjalani masa seperti yang kita jalani sekarang. Yang pada saat berada di wilayah nyaman, kita tak akan terpikir akan terjadi pada diri kita. Lahirlah rasa empati, kebersamaan dalam nasib atau kondisi, rasa ingin menolong dan meringankan beban orang lain.

Dari krisis pula, akan muncul evaluasi dan tindakan. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka berusaha mengubah keadaan mereka sendiri" (Arra'du : 11). 

Perubahan adalah keniscayaan. Hanya ada dua perubahan, menjadi lebih buruk atau lebih baik. Ayat ini berlaku untuk kaum yang berusaha untuk berubah lebih baik.

Kemarau pasti akan datang lagi. Namun bukan pada kemarau kita menangisi, namun pada siap atau tidak kita menghadapinya. Maka kita pun belajar dari pengalaman.

Kemarau itu menyakitkan. Namun tanpa rasa sakit tak akan lahir anak manusia ke muka bumi.
Ada kala kita hilang dari kisah di muka bumi. Namun tak mengapa, asal kita tahu bahwa kita masih punya akar yang kokoh. Untuk suatu hari nanti mekar bersemi dan menebar manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun