Mohon tunggu...
Wrenges Widyastuti
Wrenges Widyastuti Mohon Tunggu... profesional -

ingin bisa terus menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

ABCD Stania84 Goes to Oz - A Beautiful Harbour Called Darling"

15 Oktober 2017   14:11 Diperbarui: 15 Oktober 2017   18:58 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Satu per satu kami turun dari minibus di area Olympic Park tepi Barat kota Sydney. Di penghujung wisata sehari ke Blue Mountain itu bonus penutup menanti, feri yang tampak anggun bersandar di kejauhan. Kapal itu akan membawa kami menyusuri sungai Parramatta kembali ke pusat kota Sydney.

Di feri kami sengaja naik ke lantai 3 agar lebih leluasa menikmati pelayaran. Setelah menempuh 200km pergi pulang Sydney - Katoomba - Leura, hembusan angin rasanya bakal menjadi selingan yang menyenangkan. Menurut pemberitahuan di layar informasi, perhentian pertama adalah Sydney harbour, baru berbalik menuju Darling harbour. Kami berencana untuk turun di Darling harbour. 

Selain karena jaraknya lebih dekat dengan hotel kami, tempat yang mengabadikan nama Ralph Darling, Gubernur Jenderal New South Wales 1821-1831 itu juga merupakan lokasi beberapa obyek wisata seperti musium Madame Tussaud, musium Maritim, Wild Life Zoo, dan masih banyak lainnya.

Feri yang kami tumpangi perlahan mulai meninggalkan dermaga. Sesekali terlihat rombongan burung mempercantik pemandangan sepanjang muara sungai yang luas itu. Semua sajian tadi menggoda kami untuk mengabadikannya dengan kamera. Kelakuan para amatir dengan kamera HP ini tentu berbeda dengan aksi dua rekan juru foto 'pro' yang sejak naik kapal terus asik dengan kamera mereka. Matahari yang mulai beringsut ke peraduan, juga kapal-kapal, melengkapi keindahan yang tak luput dari tangkapan lensa kami. Tentu saja pose-pose 'cantik' kami pun ikut direkam sebelum senja makin temaram.

Namun, setelah lebih 30 menit di atas kapal, terpaan angin terasa makin kencang. Kami memutuskan untuk turun ke lantai 2 mencari tempat yang lebih nyaman. Belum lama kami berada di ruang kabin, terdengar pengumuman bahwa feri telah memasuki Sydney harbour. Dari obrolan dengan beberapa teman akhirnya kami memutuskan untuk turun di perhentian itu. Setelah malam sebelumnya hanya melihat Opera House dari Mrs McQuire's chair di seberang teluk, ada keinginan untuk melihatnya dari jarak lebih dekat.

Turun dari feri kami mulai berjalan ke arah Opera House. Tapi baru sebentar mengayun langkah, kami akhirnya mengurungkan niat. Menimbang malam yang makin gelap dan perut yang terasa lapar, sebagian kami memilih berhenti di resto siap saji. Beberapa teman lain memutuskan berpisah ingin mencoba tempat makan berbeda.

Seusai mengisi perut, kami menuju stasiun Circular Quay di seberang tempat kami makan. Tak mau mengulang peristiwa malam sebelumnya saat harus berjalan hampir 8 km mencari kursi tempat ibu Gubernur McQuire menikmati pemandangan semenanjung Sydney, kali ini kami sepakat naik kereta. Lagipula Bayangan kamar yang nyaman di hotel sudah sangat menggoda untuk segera melepas lelah. 

Tapi, bukan STANIA 84 kalau wajah kuyu setelah bertamasya seharian itu dilewatkan dari bidikan lensa. Di perjalanan kereta yang hanya melewati 2 perhentian, kami tetap asyik berfotoria. Juga saat turun di stasiun Museum, kami terus merekam pose bersama.

Meski sempat agak bingung mencari arah saat keluar dari stasiun, dipandu Google Map kami tak perlu waktu lama untuk tiba kembali di hotel. Lokasi stasiun memang hanya berjarak 200m dari hotel. Saat tiba di kamar, baru kusadari ada pesan masuk ke ponselku, 'Tolong sendloc, muter2 nih.' Lima orang yang tadi pergi ke resto lain ternyata belum tiba. Rupanya terdapat 3 lokasi hotel berjaringan ini di kota Sydney, sehingga rekan kami keliru sampai ke tempat berbeda. 

Sambil bersiap tidur kami bertiga masih melanjutkan obrolan tentang kunjungan ke Blue Mountain hari itu. Pemandangan alam yang indah sejatinya tak terlalu luar biasa bila dibandingkan dengan cantiknya Indonesia. Namun perjalanan terasa menjadi sangat nyaman karena dikelola dengan profesional. Mulai dari pengaturan rute, perhitungan waktu, pengetahuan pemandu, kemudahan akses, perawatan prima sarana, hingga pengelolaan sampah di lokasi wisata, menjadi pembeda yang sangat mencolok dengan kondisi di negara tercinta. 

Kantuk mulai menghinggapi kami. Di kunjungan kali ini kami belum sempat berjalan-jalan di sekitar Darling Harbour, namun pengalaman hari ini tetap terasa menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun