Mohon tunggu...
Widi A. Putri
Widi A. Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi, Pekerja Duniawi

mencoba mendefinisikan masalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekosongan Cinta di Masa Pandemik

26 Mei 2020   21:09 Diperbarui: 26 Mei 2020   21:04 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak terbayangkan 2020 akan seperti ini, apa yang membuat kamu menyesal karena belum dilakukan? traveling? belanja sesuatu? beli emas? atau bahkan pulang? hmmm.. pulang jadi tidak ternilai harganya saat ini.

Sebelum semua ini terjadi, hidupku penuh dengan rutinitas bekerja 8 to 5, dan weekend untuk sekolah. pagi dan sore berdesakan dalam trans jakarta. makan siang di kubikel, dan malamnya nonton film hingga aku mengantuk. tidak banyak orang yang menarik aku temui, kebanyakan sudah berumur lebih tua dariku. bayangkan saat itu aku lebih menyukai melakukan semua hal sendiri, belanja, berolahraga, bahkan makan siang. semua hal yang terjadi tahun ini membuat cara pandangku berubah. sebuah perasaan bahwa aku melewatkan kesempatan.

Di saat pandemi ini, aku berada jauh dari orang orang yang aku sayangi selama pandemi, membuatku memilkirkan tentang menghidupkan kesempatan. kesempatan terlihat nyatanya ketika sudah terlewatkan, dan semakin jelas saat kita semakin memikirkannya. banyak hal yang muncul dalam pikiranku akhir-akhir ini, terutama soal waktu, dan kesempatan. yang aku sesalkan adalah tidak mulai berkomitmen dengan orang lain.

sebetulnya kekosongan cinta bukan hanya dirasakan orang-orang dengan kisah sepertiku, namun orang-orang yang terpaksa putus dikeadaan sulit ini, mungkin kamu kenal dengan seseorang yang diputus kontrak kerjanya, atau menutup usahanya. Bahkan angka kekerasan rumah tangga bisa meningkat karena pendemi ini.

Mengenai menikah, beberapa teman dekatku menikah sepanjang bulan februari tahun ini. dan aku mulai membayangkan akan seperti apa pernikahan new normal nanti.  sebenarnya temanku juga ada yang menikah bulan april, dan hanya diahiri keluarga, di rumahnya. 

Sudah bertahun-tahun  aku akui memang aku tidak begitu suka tradisi menikah, aku hanya sesekali menghadiri pernikahan.  pernikahan itu riuh dengan bisnis, dari WO (Wedding Organizer) bodong, hingga barang perabotan yang seharusnya tidak perlu dibeli. aku tidak banyak menghadiri pernikahan, dan tidak begitu tertarik membawa pulang cinderamata. 

aku cukup senang dengan kehadiran keluarga dekat, dan sahabat dekat, dan tempat yang tentunya dekat dihati, yaitu rumah. maklum, aku belum pernah merayakan apapun tentang diriku, ulang tahun? lulus? hmm no. saking tidak terbiasanya, aku tidak nyaman orang lain membuat kejutan untukku. Kesimpulannya, aku pikir pernikahan akan lebih mudah untuk orang orang yang mengklaim sebagai introvert dalam kurun beberapa tahun kedepan.

Melihat kerabatku sudah memulai hidup baru, memiliki kediaman sendiri, bahkan beberapa memiliki anak, membuatku iri. Namun sekarang harus memikirkan bagaimana aku bisa jatuh cinta?. sebagai catatan, aku bukan orang yang cocok dengan budaya Tinder. pernah berpacaran dengan orang yang belum pernah aku temui tidak berjalan bagus. apalagi dengan konsep market place seperti ini. mana tega aku Swipe orang orang yang aku hakimi dari foto dan biodata singkatnya. 

Aku yakin, saat kita sudah siap berkomitmen menerima kekurangan, kelebihan dan segala perbedaan, siapapun orang yang membuat kita jatuh hati pastilah orang yang tidak jauh beda seperti kita. 

Aku jadi teringat, dulu aku adalah pecinta cerita putri keajaan dengan segala keajaiban dan keindahan kisahnya, sampai akhirnya  aku cukup kecewa dengan kisah cintaku sendiri, kisah cinta masa SMA yang aku kira akan abadi selamanya. ini membuatku vakum bertahun tahun dalam gairah itu. saatnya menghadapi New Normal (normal yang baru). Mentalitas baru, semangat baru yang penuh dengan kesadaran dalam mengambil segala kesempatan yang ada nanti, dan jangan hidup bersih juga sehat.  <3 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun