Mohon tunggu...
wong plaju
wong plaju Mohon Tunggu... -

mencoba belajar menuliskan apa yang ada di antara dua telinga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Hanya Bisa Berencana, dan Tuhan Yang Memutuskan.

17 Juli 2010   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:48 14210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata itu gampang dan sangat ringan untuk di ucapkan, namun di balik gampang dan ringan untuk diucapkan memiliki arti yang amat dalam, "..Dengan Izin Allah.." ya begitulah artinya, dari atinya pun sangat simple tapi pemaknaannya sangat dalam tak sedangkal pengucapannya. Segala sesuatu di dunia ini bahkan di Alam semesta ini tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya. Dia lah yang maha berkehendak. kalau di kantor-kantor, kita bisa analogikan, segala sesuatu yang terjadi di kantor harus seizin atasan/manager yang mempunya otoritas tanggung jawab, dan inipun kadangkala banyak kejadian yang terjadi tanpa sepengetahuan atau izin atasan/Manager, bahkan hal yang negatifpun kadang tak terpantau oleh mereka. Tak ada yang luput dari pandangan Allah semuanya dalam gengamannya, jumlah butir pasir di muka bumi inipun Allah mengetahuinya, saya sedang menulis tulisan inipun Allah mengetahuinya. jangankan yang tersurat yang tersirat tersembunyi dalam lubuk hati kitapun Allah pun mengetahuinya. Dia lah Allah, tak ada yang luput dari pandangan-Nya.

Kita manusia kadang lupa akan adanya yang Maha Melihat, Maha Mendengar,dan Maha Kekehendak. Seolah-olah kita hidup dan melangkah di muka bumi ini kita yang mengatur dan kita yang mengedalikan, padahal tidaklah demikian karena segala sesuatu itu telah di rancang oleh Allah jauh sebelum kita dilahirkan atau kata pak Uztad bilang Zaman Azali ( zaman yang tidak ada awalnya), ibarat komputer segala sesuatu telah diprogram ya..tinggal running aja. karena segala suatu telah ada Qadha dan Qaddar-Nya. " yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". (QS .Al-Furqan ayat 2).

Saya teringat cerita teman saya, dikisahkan ada sorang bapak kepala keluarga yang hidup mewah, bapak tersebut seorang pejabat dari sebuah kantor pemerintahan, hidup berweh-mewahan membuat bapak itu lupa akan jati dirinya sebagai ciptaan Allah. segala sesuatu yang ia ingin miliki pasti bisa ia miliki, bahkan pengeluarannya (cost of life)/biaya hidup dari keluarganya lebih besar dari pendapatan (income) resmi dari bapak itu, tapi semua itu bisa diatasi oleh si bapak, bahkan masih bisa punya deposito lagi. Di balik gagah dan hebatnya si bapak ada sosok istri yang soleh ( tidak sperti kebanyakan istir pejabat lainya, si ibu ini justru sebaliknya sangat takut hal-hal yang berbau dosa), walaupun sang suami yang gampang marah dan selalu mementingkan urusan dunia (hedonisme), si ibu tetap bersabar dan kadang kala harus bersimpu di hadapan Allah, tempat satu-satunya untuk mengadu. si ibu kadang miris dengan apa yang di hadapinya, sesekali ia meragukan kehalalan rezeki yang di dapat suaminya, ia sadar betul bahwa bukan dari makanan yang bergizi saja yang membuat keluarganya sehat, tapi bagaimana cara mendapatkan rezeki untuk membeli makan sehat itu lebih diutamakan (halalan thoyibah). pada suatu hari si bapak akan berangkat ke luar kota untuk menemui rekanan kantornya, " mami, besok papi mau berangkat ke luar kota mau menemui rekanan kerja papi, mungkin dua hari papi di sana", kata si bapak. " ya ..Insya Allah papi " si ibu mendoakan dengan nada yang lembut. "ah..ini bukan Insya Allah lagi, tiket sudah dibeli...,semunya sudah di atur sama rekanan kantor papi, papi tinggal berangkat aja lagi", si bapak menjelaskan. "bukan begitu pi, siapa tau besok gak jadi berangkat, kan kita berencana tapi Allah yang memutuskan" imbuh si ibu. "oh...jadi mami tidak suka papi berangkat, mami harusnya mendukung papi, papi banting tulang hilir mudik hanya semata mencari uang mi, demi keluarga kita", dengan nada yang tinggi si bapak kelihatan emosi.dan si ibu pun nampak kelimpungan dengan nada bicara si bapak yang mulai marah sambil berkata " iya pi, mami mendukung usaha papi, maaf kan mami pi"..

Besok harinya si bapak sangat sumeringah, nampak sangat senang sekali sibapak akan berangkat jam 10 pagi ini sebelunya akan ke kantor terlebih dahulu, tapi setelah tiba di kantor si bapak terkejut sekali, orang kejaksaan telah menunggunya untuk di bawa kekejaksaan untuk dimintakan keterangan atas adanya penyimpangan dana dan proyek yang tak sesuai standar ( ada dugaan korupsi yang dilakukan sang Bapak), si bapak itu sempat berkilah dan meronta untuk di bawa ke kejaksaan, ia mengatakan bahwa saya ada tugas keluar kota, dan meminta untuk ditunda karena pesawat yang akan membawanya segera berangkat. setelah dibawa ke kejaksaan untuk diperiksa si bapak sempat melihat televisi ada berita tentang berita Jatuhnya pesawat, semua Crew dan penumpang pesawat tewas semua. Nampak muka si bapak berubah semakin pucat, lama-kelamaan mulai butiran-butiran air mata nampak mengalir dari raut mukanya yang putih memucat seraya berucap " ya Allah memang semua Engkau yang kendalikan ya Allah, ampunilah hambaMu yang sombong ini ya Allah, segala sesuatu tak ada yang tak luput dari pandangan-Mu ya Allah, terima kasih ya Allah Engkau masih beri aku hidup ya Allah, akan ku gunakan waktu ku sebaiknya ya Allah" lantas si bapak bersujud di lantai kejaksaan, dan orang di kejaksaan pun heran, ada apakah gerangan dengan si bapak?. Dan si bapak menjelaskan ke pada orang di sekelilingnnya "saya sangat bersyukur sekali telah di bawa bapak kemari, ini adalah kehendak-Nya, kalau bapak tidak datang tadi pagi untuk menjemput saya, pastilah saya akan bersama orang-orang yang tewas dalam pesawat itu" ternyata pesawat yang jatuh itu adalah pesawat yang harusnya di naiki oleh sang bapak keluar kota. Maha besar Allah dengan segala kehendak-Nya.

Manusia adalah hamba yang dhoif (lemah), sepatutnya lah kita berserah diri kepada Allah atas segala sesuatu yang kita kerjakan. kita boleh punya rencana, tapi yang paling akhitr menentukan ialah Allah Azawazalah. Insya Allah memang dangkal dalam pengucapan tapi sangat dalam artinya. semoga cerita tulisan saya ini bermanfaat, insya Allah....., Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun