Mohon tunggu...
Pius Sujarno
Pius Sujarno Mohon Tunggu... fulltimer blogger -

hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Jalan Tol, Kenapa Ahok Lewat Jalan Comberan?

18 November 2016   08:40 Diperbarui: 18 November 2016   09:06 3165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sesuai pengakuannya, Ahok terjun ke kancah politik karena ingin membantu mensejahterakan rakyat yang termaginalkan dalam sistem pembangunan. Motivasinya berangkat dari pengalamannya selama menjadi pengusaha. Ia berhadapan dengan praktik-praktik birokrasi yang mempersulit masyarakat untuk mengakses kesejahteraan. Birokrasi diisi oleh orang-orang yang mencari keuntungan diri sendiri melalui praktik-praktik pungli, korupsi, nepotisme, dan kolusi. Apalagi Kristen dan Cina, Ahok merasakan betul itu.

Ahok nekat menyeburkan diri dalam kancah politik, tentu tidak tanpa kesadaran akan siapa dirinya. Double minoritas yang disandangnya membuatnya harus berangkat dari titik negatif, bukan titik nol. Berhasil menjadi bupati di Belitung sebenarnya capaian yang ajaib. Membuktikan Ahok bukan politisi biasa. Ingin naik yang lebih tinggi? Mimpi itu hanya dimiliki oleh seorang yang bernyali besar. Dan dia bermimpi begitu.

Ahok bukan keturunan Bruce Lee, tapi kenapa dia senekat itu? Iya kan, Ahok gagal nyagub di propinsi asalnya? Berhasil menjadi gubernur DKI pun karena warisan Jokowi. Seperti pengakuannya, karena hoki. Popularitas memang tinggi setelah melakukan gebrakan-gebrakan luar biasa selama menjadi gubernur hoki. Ingin menjadi gubernur yang bukan karena hoki? Tidak akan semudah itu.

Ahok mempunyai pemilih fanatik yang berasal dari seluruh faksi-faksi sosio-kultural. Bukan hanya warga DKI, tapi seluruh penjuru negeri ini. Nyaris terbukti, seorang Ahok pribadi hampir ngalahkan kekuatan seluruh partai politik. Nyaris, karna Teman Ahok telah membuktikan loyalitasnya melebihi loyalitas anggota partai. Dan tidak sedikit jumlahnya. Tetapi Ahok menyadari pada akhirnya, melawan badai hanya mampu dilakukan oleh superhero sejenis Superman. Dan itu hanya dongeng. Bisa dibayangkan nasibnya hari ini seandainya Ahok ngotot memilih jalur independen... Luluh lantak babak belur... Hancur lebur...

Ahok tentu bukan orang bodoh, sehingga dia tidak dapat melihat jalan tol yang tersedia. Kekristenan dan kecinaan Ahok bagaimanapun adalah beban, sebab dalam pandangan tidak sedikit masyarakat, kedua kelas minoritas itu masih dianggap "orang lain" bukan "orang kita". Ahok bisa menjadi "sangat orang kita" kalau dia mau menghapus salah satu sandangan minoritasnya. Menghapus etnisitas tentu hal yang mustahil, maka yang paling mungkin adalah menghapus yang satunya. Jangankan sekelas Ahok, Felix Siaw saja menjadi sohor karena itu.

Kalau Ahok mau mengikuti jejak Felix Siaw, wow.... Jangankan mimpi untuk jadi gubernur, jadi Presiden pun pasti mulus. Dia boleh mengutip ayat dari kitab manapun dan memberikan penafsirannya sendiri tanpa harus diperkarakan seperti sekarang ini. Dia tidak akan dikritik kalau membantu pembangunan gereja dan dicurigai mencari simpati kalau membangun mesjid. Ya, karena Ahok telah menjadi "orang kita banget". Mestinya Ahok memilih jalan tol itu, bukan jalan comberan. Tapi kenapa tidak begitu...? Karena dia punya integritas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun