Mohon tunggu...
WongCilik123
WongCilik123 Mohon Tunggu... Freelancer - simple life, simple thoughts

simple life, simple thoughts

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lockdown, Yay atau Nay

25 Maret 2020   09:50 Diperbarui: 25 Maret 2020   09:55 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : suarapapua.com

2. Menutup semua tempat umum, bioskop, mal, tempat rekreasi, tempat ibadah, dst. Tempat umum berorientasi bisnis seperti mal tetap akan tutup dengan sendirinya tanpa lockdown, karena sepi, jadi pemerintah bisa lebih fokus ke tempat umum non-bisnis.

3. Tutup transportasi massal dalam kota seperti bis dan MRT. Kedengaran ekstrem, tapi manusia bisa menyesuaikan diri, mereka akan naik kendaraan pribadi (mobil/motor) bahkan sepeda bila mendesak untuk bisa ke tempat kerja. Perusahaan akan serius memikirkan Work from Home atau pekerja bisa ngekost di dekat tempat kerja.

4. Berlakukan wajib layanan antar untuk pasar, resto, supermarket dll kebutuhan pokok sehari-hari.

5. Gunakan teknologi handphone dan aplikasi untuk melacak perkembangan dan pergerakan pasien positif, ODP, PDP dan negatif. Hal ini sudah berjalan dengan baik di China, Korea Selatan dan Taiwan.

Social distancing dengan pendekatan manual dan humanis hanya berhasil di negeri antah berantah.

Dengan melakukan beberapa langkah diatas, setidaknya kita melakukan 80% dari total lockdown dan berbelas kasihan kepada pekerja medis dan nyawa rakyat.

DIAGNOSA DINI adalah kunci karena keberhasilan pengobatan akan tinggi sehingga tidak perlu dirawat di Rumah Sakit, dan dengan diagnosa dini, setidaknya yang positif tidak keluyuran kemana-mana.

Bila rapid test dan obat Covid-19 bisa dikomersialkan dengan harga murah dan tersedia dimana-mana sehingga masyarakat yang bergejala dapat menjangkau secara mandiri dan terjadi diagnosa dini, maka setidaknya bisa memperlambat kolapsnya sistem kesehatan kita.

Sistem BPJS yang gratis biarlah tetap berjalan, tetapi berilah masyarakat pilihan untuk mandiri dalam diagnosa dan akses obat yang terjangkau, sehingga Covid-19 ini dapat dikalahkan dengan usaha bersama.

Bila rapid test hanya dilakukan terbatas, dengan kriteria dan syarat rujukan njelimet, apalagi untuk orang-orang elit tertentu saja, maka tamatlah riwayat kita, tidak perlu ada pembahasan tentang Covid-19 lagi, karena artinya pemerintah telah memilih strategi jangka panjang depopulasi/pengurangan penduduk.

Berdarah-darah secara ekonomi dan fasilitas medis kewalahan, iya tetap tak terhindarkan, kita tidak sendirian karena banyak negara lain juga mengalaminya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun