Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nuansa Pendar Lampion di Tahun Baru Imlek

24 Januari 2020   20:35 Diperbarui: 25 Januari 2020   04:23 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampion berbentuk naga dipamerkan dalam Sriwijaya Lantern Festival di Jalan Reziden Abdul Rozak, Kecamatan Ilir Timur III, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/1/2020). Festival yang menampilkan 10.000 lampion tersebut digelar untuk menyambut perayaan Imlek yang jatuh pada 25 Januari mendatang. (KOMPAS.com/Aji YK Putra)

Ada yang sangat berbeda dengan suasana menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di setiap sudut kota. Lampion-lampion kecil sudah bergantungan rapi berjajar di setiap Kelenteng atau di tempat-tempat ibadah penganut ajaran Budha, dan juga di setiap rumah warga yang ikut merayakan Tahun Baru Imlek.

Tidak hanya itu, puluhan lampion kecil berwarna merah juga sudah bergantungan di depan dan di samping sekolah-sekolah yang berbasis agama Budha, di mall-mall atau pusat-pusat perbelanjaan.

Serta, terkadang dikaitkan di tiang-tiang sepanjang jalan, sehingga pemandangan orang-orang yang berlalu-lalang dan lalulintas yang padat pun kian semarak dengan lampion yang bergantungan berjajar. 

Begitulah perayaan Tahun Baru Imlek belum juga dimulai, tapi aura kemeriahan dan kegembiraannya sudah dirasakan bahkan beberapa waktu sebelum hari-hari perayaannya!

Saya berhenti sejenak dan memerhatikan pemandangan yang tak biasa ini. Seumur hidup, saya pikir, baru pertama kali ini saya memerhatikan lampion dari jarak yang sangat dekat, hehe... Karena saya memang tidak pernah menaruh perhatian untuk melihatnya secara khusus.

Saya pun yakin bahwa bukan saya saja yang terpesona akan pemandangan baru ini, tapi setiap orang yang melewati lampion-lampion yang bergantungan di beberapa tempat spesial ini dipastikan mata dan kepalanya akan selalu menoleh dan tengadah, melihat-lihat lampion-lampion yang cantik itu.

Illustration photo: freepik.com
Illustration photo: freepik.com
Selama ini saya hanya sekedar tahu bahwa dalam perayaan Imlek ada beberapa hiasan yang melengkapi perayaan tersebut, termasuk di antaranya yang berupa lampion. Itu saja.

Apa sih makna lampion tersebut? Saya sedikit penasaran dan ingin tahu. Jadi, lampion diidentikkan sebagai simbol perayaan Tahun Baru dalam penanggalan Tionghoa dan Cap Go Meh.

Lampion adalah lentera yang terbuat dari kertas yang di dalamnya biasanya terdapat lilin sebagai sumber cahaya. Seiring berjalannya waktu, lampion kadang dibuat dari bahan kain dengan menggunakan rangka kayu atau besi. 

Lampion bisa juga terbuat dari bahan plastik dan memakai bola lampu sebagai cahaya penerangnya, disertai pegangan atau tangkai gantungan untuk menggantungnya.

Bentuknya pun beragam, bisa bentuk bulat, kotak, persegi banyak atau saat ini lampion telah semakin berkembang bentuknya, contohnya lampion karakter. 

Lampion selalu berwarna merah. Pendar cahaya merah dari lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan. 

Lampion juga digambarkan oleh legenda klasik sebagai pengusir kekuatan jahat dan dipercaya akan menghindarkan ancaman kejahatan, juga bagi orang-orang yang menggantungkan lampion di bagian rumah dan halamannya.

Ilustrasi gambar: freepik.com
Ilustrasi gambar: freepik.com
Oke. Berapa jumlah lampion yang tergantung rapi dan semarak di beberapa tempat khusus yang merayakannya? Terkadang bisa sampai puluhan, bahkan ratusan lampion, lho! Wow!

Yang lebih menarik adalah setiap lampion mewakili sejuta harapan dari sebuah nama yang tertulis di sebuah lembaran yang digantung bersamaan dengan setiap lampion tersebut! 

Saya terpaku dan pernah menyaksikan penyatuan pendar-pendar merah lampion yang semarak di beberapa sudut kota pada malam hari dengan gemuruhnya nyala kembang api oleh warga yang merayakannya yang menandai masuknya Tahun Baru Imlek.

Oya, di berbagai negara dan kota-kota di Indonesia yang mempunyai penduduk peranakan Tionghoa cukup signifikan, kerap mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan semaraknya lampion. 

Ya, nama dari kegiatan tersebut adalah Festival Lampion atau yang disebut dengan perayaan Cap Go Meh. Festival ini merupakan hari terakhir yaitu hari ke-15 dari rangkaian Festival Musim Semi atau Festival Tahun Baru Imlek.

Kegiatan ini berisi kegiatan warga peranakan Tionghoa dan pemeluk agama Budha dalam menyalakan dan menikmati keindahan cahaya lampion dengan berbagai cara, seperti menghanyutkannya, ditempelkan ke dinding, digantung di teras-teras atau di sepanjang jalan, dengan cara diterbangkan, atau sambil menikmati keindahan bulan purnama, menyalakan kembang api, sampai dengan menebak teka-teki yang tertulis pada lampion. 

Ada juga kegiatan menyantap Tangyuan, yaitu makanan tradisional China yang terbuat dari ketan yang disajikan dengan kuah jahe yang hangat, atau mengikuti parade dan pertunjukan Tari Barongsai, Tarian Naga, dan lain sebagainya.*

Referensi: [1] [2] [3] [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun