Mohon tunggu...
Wiwit Patriani
Wiwit Patriani Mohon Tunggu... -

A mom. That's all.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Game Mendidik untuk Anak, Adakah?

12 Maret 2014   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imam Al-Ghazali berkata, “Hendaklah anak kecil diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan belajar terus, akan mematikan hati, mengurangi kecerdasan, dan membuatnya jemu terhadap hidup. Sehingga, hidupnya akan terganggu dan dia akan sering mencari alasan untuk melepaskan diri dari keadaan tersebut.”

Ayah Bunda, dunia anak adalah dunia bermain. Kegiatan anak, sejak bangun tidur hingga tidur lagi, tidak jauh dari bermain. Namun, bagi anak, bermain bukanlah tanpa tujuan dan tanpa makna.
Melalui bermain, anak mengalami perkembangan dan kematangan dalam berbagai aspek. Bermain dapat merangsang motorik, panca indera, dan perkembangan otak anak. Bermain dapat pula mengasah pengetahuan, emosi, sosial, intelektual, dan kreativitas. Selain itu, bermain melatih fungsi mental, seperti berpikir, berkhayal dan mengingat.

Tidak semua kegiatan bermain bisa disebut bermain. Kegiatan bermain baru bisa disebut bermain jika dalam melakukan aktivitas tersebut, anak merasa nyaman, senang, bebas berekspresi dan berimajinasi, tidak merasa terpaksa, dan tidak terbebani target yang harus dicapai.

Kegiatan bermain identik dengan mainan. Namun, tidak semua permainan memerlukan mainan. Jika orangtua harus memilihkan mainan untuk putra-putrinya, kenalilah mainan itu. Sebenarnya, karena punya rasa ingin tahu yang besar, anak akan terpancing dengan benda apapun yang menurutnya baru. Jadi, sebanyak apapun mainan yang tersedia di rumah, ketika melihat mainan baru, anak akan sangat ingin memilikinya.

Di era digital dan internet seperti sekarang ini, anak-anak semakin akrab dengan permainan elektronik (mobile game, komputer, PS, dll). Orangtua perlu bersikap bijak dalam menyikapinya. Melarang anak tidak bermain permainan elektronik sama sekali tentu sulit. Namun orangtua perlu membatasi waktu bermain dan memperhatikan dampak permainan elektronik tersebut terhadap anak-anak mereka.

Meskipun permainan elektronik memiliki dampak negatif antara lain, seperti:
1. Aktivitas sosial terganggu.
2. Aktivitas fisik kurang.
3. Kurang melatih kesabaran (karena ingin cepat tahu hasilnya)
4. Menurunnya kreativitas akibat terlalu lama berkomunikasi satu arah
5. Kecanduan
6. Berpengaruh buruk pada kesehatan mata.

Namun, ternyata ada pula dampak positifnya, antara lain:
1. Membiasakan anak dengan peralatan elektronik.
2. Melatih konsentrasi dan koordinasi reaksi
3. Melatih kecepatan tangan
4. Memperkuat kecerdasan logika dan matematika.
(Andi Yudha Asfandiyar, Creative Parentng Today, Penerbit Mizan, 2012)

Nah, selayaknya orangtua memilihkan permainan elektronik yang memberikan dampak positif bagi anak. Permainan yang tidak mengandung unsur kekerasan dan pornografi, yang sesuai dengan tingkatan usia dan juga dapat merangsang kreativitas mereka.

Beberapa permainan di bawah ini mungkin dapat menjadi pilihan.

Permainan elektronik untuk anak, Asli Buatan Anak Indonesia. Gratis lho...

Cekidot!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun