Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyambut Bulan Suci Ramadan, Apa yang Harus Dilakukan?

16 Maret 2023   15:27 Diperbarui: 16 Maret 2023   21:27 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ru'yatul Hilal (Sumber: tribunnews.com)

Bulan suci umat Islam, bulan Ramadan sebentar lagi akan tiba. Menurut kalender hasil hisab, bulan Ramadan akan jatuh pada tanggal 23 Maret 2023. Akan tetapi permulaan bulan Ramadan juga ditentukan melalui ru'yat al-hilal, yakni dengan proses pengamatan langsung hilal oleh ahli ilmu falak (astronomi Islam).

Hilal adalah fase bulan sabit pertama yang terlihat di langit setelah hilangnya fase bulan mati (di akhir bulan hijriyah). Hilal digunakan sebagai penanda awal bulan hijriyah dalam kalender Islam. Sebab dalam Islam penghitungan waktu berdasarkan sistem lunar, yakni berdasarkan siklus bulan.

Ru'yat al-hilal untuk memastikan awal bulan Ramadan biasanya dilakukan di akhir bulan Sya'ban. Ru'yat al-hilal dilakukan di tempat-tempat tertentu, yakni tempat-tempat yang memiliki pemandangan langit yang jelas dan bebas dari polusi cahaya. Tempat-tempat yang dijadikan ru'yat al-hilal misalnya pegunungan atau padang pasir.

Melakukan ru'yat al-hilal biasanya pada saat senja atau setelah matahari terbenam ketika langit masih terang tetapi belum terlalu gelap. Melakukan ru'yat al-hilal tidak dengan mata telanjang, melainkan menggunakan teleskop dan peralatan lainnya.

Ada banyak tempat yang biasa digunakan untuk kegiatan ru'yat al-hilal. Sebut saja Cibeas Pelabuhan Ratu dan tempat teropong bintang Lembang (Jawa Barat), Gunung Muria dan Gunung Sumbing (Jawa Tengah), Gunung Bawakaraeng (Sulawesi Selatan), dan lain-lain.

Jika hilal terlihat di akhir bulan Sya'ban, maka awal Ramadan jatuh di hari itu. Akan tetapi jika tidak terlihat, maka awal Ramadan ditentukan dengan menggenapkan bulan Sya'ban menjadi 30 hari.

Dalam perspektif teologi, bulan Ramadan merupakan bulan suci, bulan istimewa dan bulan penuh berkah (kebaikan). Keberkahan bulan Ramadan jika dibandingkan dengan bulan biasa adalah satu berbanding seribu. Luar biasa.

Bulan Ramadan memiliki banyak sebutan. Antara lain Syahrul Shiyam (bulan pausa), Syahrul Taqwa (bulan Taqwa), Syahrul Maghfirah (bulan Ampunan), Syahrul Qur'an (bulan Al-Qur'an), Syahrul Muwasah (bulan kedermawanan), Syahrul Najah (bulan Keselamatan), Syahrul Tilawah (bulan membaca al-Qur'an), Syahrul Shabri (bulan kesabaran), dan lain-lain.

Banyaknya sebutan untuk bulan Ramadan adalah sebuah makna simbolis bahwa bulan Ramadan memang benar-benar bulan yang istimewa. Sebab bulan lain selain bulan Ramadan tidak memiliki sebutan seperti sebutan terhadap bulan Ramadan.

Dalam menghadapi bulan Ramadan, umat Islam menyambutnya dengan suka cita. Sebagian umat Islam di beberapa daerah tertentu mengekspresikannya dengan melakukan tradisi makan-makan bersama misalnya. Seperti papajar, munggahan, mayor, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun