Gempa Cianjur yang terjadi pada tanggal 21 November 2022 lalu memang cukup luar biasa, dahsyat. Gempa tersebut telah menyebabkan ribuan bangunan rusak, ratusan orang meninggal dunia, dan ribuan orang mengungsi.
Situasi dan kondisi satu dua hari pasca terjadi gempa cukup mencekam. Aliran listrik dan jaringan internet mati.
Mobil-mobil ambulance saling bergantian datang dan pergi dari sore hari hingga sore hari lagi. Bunyi sirene ambulance terdengar di mana-mana, seolah memenuhi semua ruang kosong.
Saat itu banyak pihak turun tangan membantu menangani para korban gempa. Baik dari lembaga/institusi pemerintah seperti Kemensos (Kementerian Sosial) RI, TNI/Polri, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), atau pun dari pihak non-pemerintah seperti ormas (organisasi kemasyarakatan), LSM Llembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.
Selain itu banyak pihak turun tangan membantu menangani para korban gempa dari banyak komunitas sosial dan termasuk komunitas keagamaan. Salah satunya komunitas para penyuluh agama yang ada di Kementerian Agama Cianjur.
Berdasarkan data Kementerian Agama Cianjur, penyuluh agama (Islam) yang ada di kabupaten Cianjur ada 273 orang. Mereka terdiri dari 14 orang penyuluh agama fungsional (PNS) dan 259 orang penyuluh agama Non-PNS.
Penyuluh agama fungsional adalah koordinator bagi para penyuluh agama Non-PNS. Mereka tersebar di 32 kecamatan yang ada di kabupaten Cianjur. Rata-rata per kecamatan ada 8 orang penyuluh agama (PNS dan Non-PNS).
Para penyuluh agama sejatinya merupakan orang-orang yang biasa memberikan bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat. Namun fungsi mereka bisa lebih dari itu.
Kadang mereka jadi "guru", informan, "pengacara", pekerja sosial, dan lain-lain. Dan dalam kaitan dengan penanganan gempa Cianjur, mereka juga memberikan kontribusi yang tidak kecil. Â Â Â
