Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kasus Kekerasan (Justru) Lebih Banyak Terjadi di Sekolah Non-Asrama

8 September 2022   00:25 Diperbarui: 8 September 2022   08:29 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screnshoot Topik Pilihan Kompasian (Sumber: kompasiana.com)

Topik Pilihan terbaru Kompasiana hari ini (07/09) berjudul, "Mengapa Kasus Kekerasan Banyak terjadi di Sekolah Asrama?"  Sepintas judul Topik Pilihan tersebut memberi kesan bahwa kasus kekerasan lebih banyak terjadi di sekolah asrama dibandingkan dengan sekolah non-asrama.

Di sini penulis tidak bermaksud mempermasalahkan apakah kasus kekerasan itu benar lebih banyak terjadi di sekolah asrama atau tidak. Penulis hanya akan menyampaikan beberapa informasi faktual berdasarkan pemberitaan.  

Belakangan ini beberapa kasus kekerasan yang terjadi di sekolah asrama muncul ke publik. Mulai dari kasus pelecehan seksual Herry Wirawan terhadap belasan santrinya di Madani Boarding School Bandung sampai kasus terbaru tewasnya seorang siswa (santri) di Pondok Pesantren Modern "Darussalam" Gontor Ponorogo, Jawa Timur.

Kasus kekerasan yang terjadi di sekolah asrama (boarding school) tersebut tidak bisa dianggap enteng. Kasus tersebut harus jadi bahan perhatian dan evaluasi bagi pemerintah, lembaga penyelenggara, termasuk para tenaga pendidiknya.

Namun kasus kekerasan yang terjadi di sekolah asrama sesungguhnya tidak terbilang banyak atau tinggi jika dibandingkan dengan kekerasan yang terjadi di sekolah non-asrama. Kekerasan yang terjadi di sekolah asrama bisa dihitung dengan jari. Tapi kekerasan yang terjadi di sekolah non-asrama sangatlah banyak.

Sepanjang tahun 2021 misalnya, menurut catatan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) ada 207 kasus kekerasan (seksual) terhadap anak di satuan berbagai pendidikan. Rinciannya 126 anak perempuan dan 71 anak laki-laki. Itu baru kekerasan seksual, belum termasuk kekerasan fisik.

Masih di tahun 2021, KPAI juga mencatat bahwa ada 17 kasus kekerasan dengan melibatkan guru dan murid. Semua terjadi di sekolah-sekolah di bawah kewenangan Kemendibudristek.

Temuan KPAI mungkin hanya puncak gunung es saja. Realitas sebenarnya jauh lebih banyak lagi. Terutama terkait kekerasan siswa oleh siswa lainnya, yang paling umum dalam bentuk tawuran.

Tawuran antar siswa hampir terjadi di mana-mana. Tidak hanya di kota-kota besar, di kota kecil atau daerah pedesaan pun tawuran kerap terjadi. Hal itu tidak semuanya tercatat oleh KPAI.

Penulis sendiri sempat beberapa kali menyaksikan langsung peristiwa atau kasus tawuran antar siswa di daerah penulis sendiri. Kadang hanya karena ada dua rombongan anak sekolah yang berbeda atribut berpapasan, mereka kemudian tawuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun