Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Kolonial Belanda "Devide Et Impera", Sekarang Masih Ada?

23 Agustus 2022   02:00 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:40 2404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi adu domba (Sumber: kompas.com)

Kolonial Belanda bisa bertahan lama menjajah wilayah Nusantara (Indonesia), salah satu strategi utamanya adalah dengan menggunakan politik "devide et impera". Politik ini sangat ampuh melumpuhkan dan mengalahkan perlawanan para pejuang dan pahlawan Indonesia.

Politik "devide et impera" dalam bahasa kita kurang lebih bisa diartikan dengan "politik adu domba". Ada juga yang menyebutnya sebagai "politik belah bambu". Inti dari politik "devide et impera" adalah memecah belah, merusak persatuan, dan menciptakan permusuhan diantara sesama rakyat atau para pejuang kita.

Politik "devide et impera" adalah sebuah strategi kolonial Belanda untuk mengalahkan musuh-musuh mereka, yakni para pejuang kita. Caranya dengan memecah belah dan mengadu domba. Modalnya adalah rekayasa, iming-iming, dan fitnah.

Politik "devide et impera" bersifat latent. Politik ini ibarat racun yang membahayakan kerukunan dan kebersamaan, serta kekompakan.

Kolonial Belanda menggunakan politik "devide et impera" ini dalam banyak kesempatan. Terutama ketika mereka dalam posisi terdesak atau sulit mengalahkan perlawanan para pejuang.

Celakanya sebagian rakyat atau orang Indonesia yang diperalat dalam politik "devide et impera" tidak menyadarinya. Hal itu karena kolonial Belanda menjalankan politik "devide et impera" ini sangat halus, rapi, dan terencana dengan baik.

Banyak catatan kemenangan gemilang yang ditorehkan kolonial Belanda dalam sebuah perang atau perlawanan rakyat Indonesia tatkala mereka menggunakan politik "devide et impera". Dengan menerapkan dan menjalankan strategi ini kolonial Belanda jarang mengalami kegagalan.

Sebut saja ketika Perang Padri (1803-1830). Perang ini terjadi di Sumatera Barat, yang dikobarkan oleh Tuanku Imam Bonjol.

Dalam Perang Padri ini kolonial Belanda menggunakan politik "devide et impera". Masyarakat Sumatera Barat sengaja dipecah belah agar tidak bersatu dengan kelompok pejuang Tuanku Imam Bonjol. Sebab kalau masyarakat Sumatera Barat bersatu, kolonial Belanda akan semakin kewalahan.

Kelompok yang sengaja dijadikan alat dalam politik "devide et impera" adalah Kaum Adat. Kaum Adat ini dirangkul oleh kolonial Belanda untuk bersama-sama melawan kelompok Tuanku Imam Bonjol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun