Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kolonial Belanda Meninggalkan Banyak Sarana Vital, Haruskah Kita Berterima Kasih?

18 Agustus 2022   09:25 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:23 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Sate, salah satu peninggalan kolonial Belanda (Sumber: kompas.com)

Tahun ini bangsa Indonesia genap memperingati hari kemerdekaannya yang ke-77. Peringatan hari kemerdekaan tahun ini dirayakan dengan cukup meriah. Maklum selama dua tahun terakhir vakum karena pandemi covid-19. Jadi warga masyarakat cukup antusias memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia (HUT 77 RI).

Sebelum merdeka, Indonesia tercatat pernah dijajah oleh bangsa Belanda dan Jepang. Selain itu pernah pula dijajah bangsa Portugis, Inggris, Spanyol, dan Perancis. Namun keempat bangsa yang disebut terakhir itu kurang populer sebagai bangsa penjajah di kalangan masyarakat Indonesia sendiri.

Dalam pelajaran sejarah Indonesia yang pernah saya pelajari dulu, bangsa yang populer sebagai bangsa yang pernah menjajah Indonesia adalah bangsa Belanda dan bangsa Jepang. Disebutkan bahwa bangsa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun.

Angka 350 tahun bangsa Belanda menjajah dan menguasai wilayah Indonesia, yang waktu itu disebut sebagai Hindia Belanda, mungkin masih debatable. Tapi mau kurang atau lebih dari angka 350 tahun, mungkin tak terlalu penting diperdebatkan. Sebab faktanya bangsa Belanda menjajah Indonesia memang tidak dalam waktu sebentar. 

Sewaktu bangsa Belanda menguasai wilayah Indonesia dalam waktu yang cukup lama, tentu banyak melakukan hal yang merugikan rakyat dan bangsa Indonesia. Baik menyangkut harta, kehormatan, bahkan jiwa.

Sistem Tanam Paksa kolonial Belanda yang mengakibatkan banyak korban jiwa rakyat Indonesia (Sumber: tribunnews.com)
Sistem Tanam Paksa kolonial Belanda yang mengakibatkan banyak korban jiwa rakyat Indonesia (Sumber: tribunnews.com)

Sebagai kolonial, bangsa Belanda pasti merasa superior dan memperlakukan bangsa kita dengan perlakuan yang merendahkan. Hal itu bisa dilihat dari sebutan yang diberikan kepada bangsa Indonesia waktu itu, yaitu "inlander".

Kata "inlander" yang berarti pribumi atau penduduk asli, memiliki konotasi negatif dan pejoratif. Dalam kata "inlander" terkandung makna malas, bodoh, melarat, atau miskin.

Bangsa Belanda juga banyak melecehkan kehormatan rakyat Indonesia. Terutama kaum perempuan. Mungkin tak terhitung berapa banyak perempuan-perempuan Indonesia waktu itu yang dilecehkan dan dijadikan gundik, pemuas nafsu mereka.

Hal yang tak bisa dinafikan juga kolonialisme Belanda telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Betapa banyak rakyat Indonesia yang gugur karena kerja paksa, disiksa, atau dibunuh oleh mereka. 

Kerja Rodi, sistem kerja paksa kolonial Belanda yang menyebabkan banyak korban jiwa rakyat Indonesia (Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/)
Kerja Rodi, sistem kerja paksa kolonial Belanda yang menyebabkan banyak korban jiwa rakyat Indonesia (Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/)

Itu adalah sisi negatif kolonialisme Belanda ketika menguasai wilayah negara kita. Hal itu menjadi catatan kelam dalam sejarah panjang bangsa Indonesia.

Namun di balik sisi negatif kolonialisme Belanda, tentu ada sisi positif atau sisi baik dari apa yang pernah mereka lakukan. Hal itu merupakan sesuatu yang masuk akal. Sebab dari segala hal buruk apa pun pasti ada sisi baik atau sisi positifnya.

Selama berada dan menguasai wilayah Indonesia, salah satu sisi positif yang dilakukan bangsa Belanda adalah membangun beragam sarana/fasilitas umum. Seperti sekolah, rumah sakit, stasiun kereta apai, rel kereta api, kantor pos, gedung pemerintahan, bendungan/irigasi, dan lain-lain. Bukti dari semua itu bisa dilihat di banyak tempat di wilayah Indonesia.

Kendati bangsa Belanda membangun banyak sarana/fasilitas umum, itu bisa dipastikan lebih untuk kepentingan atau keuntungan mereka sendiri. Namun rakyat atau bangsa Indonesia juga secara langsung atau tidak langsung mendapat manfaat dari banyak sarana/fasilitas umum itu. Saat itu atau pun saat ini.

Beberapa sarana/fasilitas umum peninggalan bangsa Belanda bahkan kini masih menjadi sarana vital dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat atau pemerintah. Sebut saja misalnya Istana Merdeka (Jakarta), Gedung Sate (Bandung), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (Jakarta), Universitas Indonesia/UI (Jakarta), Institut Teknologi Bandung/ITB, dan lain-lain.

Istana Merdeka saat ini dijadikan kantor Presiden RI. Gedung Sate juga demikian. Gedung Sate Bandung dijadikan kantor pemerintahan Gubernur Jawa Barat.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional. Sedangkan Universitas Indonesia/UI (Jakarta) dan Institut Teknologi Bandung/ITB saat ini menjadi dua perguruan tinggi besar dan favorit diantara beberapa perguruan tinggi besar dan favorit lainnya.  

Selain itu tentu masih banyak lagi sarana/fasilitas vital peninggalan kolonial Belanda lainnya, yang memberi manfaat cukup besar kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Apakah dengan begitu kita harus bersykur atau berterima kasih dengan adanya kolonialisme Belanda?

Kolonialisme atau penjajahan, apa pun bentuknya merupakan bentuk sikap atau perbuatan merendahkan satu bangsa atas bangsa lainnya yang harus dihapuskan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, "...penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan."    

Semua sarana vital peninggalan kolonial Belanda tentu dibangun dengan harta, keringat, darah, dan jiwa rakyat Indonesia sendiri. Artinya menjadi wajar jika berbagai sarana vital itu kemudian dimanfaatkan dan menjadi milik rakyat atau bangsa Indonesia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun