Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelecehan Seksual Bisa Terjadi di Mana Saja dan Kapan Saja

21 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 21 Desember 2021   06:02 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyeruaknya kasus pelecehan seksual, atau lebih tepatnya kejahatan seksual yang dilakukan oleh salah seorang oknum ustadz bernama Herry Wirawan di salah satu lembaga pendidikan keagamaan di Bandung beberapa waktu yang lalu, telah membuat banyak orang merasa geram.

Bagaimana tidak, sebagai seorang ustadz Herry Wirawan dengan tega merudapaksa puluhan santrinya selama bertahun-tahun. Bahkan sebagian dari santri-santri yang dirudapaksa itu  hamil dan melahirkan anak.

Dengan berkedok sebagai seorang agamawan, Herry Wirawan dengan leluasa menyalahkgunakan statusnya itu untuk melancarkan kejahatan seksualnya. Para santri yang menjadi korban kejahatan seksual Herry Wirawan saat ini harus menanggung beban berat dan penderitaan  seumur hidup.

Oleh karena itu banyak pihak menginginkan Herry Wirawan untuk diganjar hukuman yang berat. Mulai dari hukuman kebiri, hukuman penjara yang lama, sampai hukuman mati.

Fenomena Herry Wirawan bisa jadi merupakan fenomena gunung es. Mungkin masih banyak lagi kasus serupa yang belum terkuak. Baik yang terjadi di lembaga pendidikan umum, lembaga pendidikan keagamaan, tempat kerja, bahkan di tempat ibadah.

Pelecehan seksual atau kejahatan seksual bisa terjadi di mana dan kapan saja. Pelaku dan korbannya pun bisa siapa saja. Baik laki-laki mau pun perempuan. Bisa orang dewasa, remaja, atau anak. Semua serba mungkin.

Namun biasanya, korban pelecehan seksual atau kejahatan seksual lebih banyak kaum perempuan dibanding kaum laki-laki. Korban pelecehan seksual atau kejahatan seksual juga lebih banyak remaja atau anak-anak dibanding dengan orang dewasa. Hal itu mungkin karena kaum perempuan dan kelompok remaja atau anak-anak dianggap "lebih mudah" diperdaya.

Dulu saya pernah punya pengalaman cukup menarik. Setelah lulus kuliah dulu, saya sempat mengajar di sebuah sekolah negeri, sekolah lanjutan tingkat pertama.

Di sana ada seorang rekan guru laki-laki. Sebut saja pak XY. Dia mengajar mata pelajaran olah raga dan menjadi pembina pramuka. Dia berusia hampir 40 tahun tapi belum menikah.

Dia menerapkan kedisiplinan cukup ketat kepada para siswa. Dia juga cukup "berwibawa" dan juga cukup "ditakuti" oleh para siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun