Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Simbolik Ibadah Puasa di Tengah Pandemi

17 April 2021   10:08 Diperbarui: 17 April 2021   10:15 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Tahun ini adalah tahun kedua umat Islam melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadan, dalam situasi pandemi covid-19 (virus corona). Walau pun suasana ramadan tahun ini tidak "seangker" tahun lalu ketika pandemi covid-19 baru beberapa bulan mewabah, namun tetap saja semua kegiatan yang khas dilakukan di bulan ramadan tidak bisa dilakukan secara normal seperti sebelum adanya pandemi covid-19.  

Seperti kegiatan shalat tarawih, kuliah shubuh, tadarrus al-Qur'an, buka bersama, dan lain-lain tidak bisa dilakukan seperti biasa. Semua tetap harus mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang bisa atau mampu mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan. Bagi sebagian orang (selalu) mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan adalah hal yang berat. Mereka tidak bisa mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai kegiatan di bulan Ramadan.

Hal itu bisa dilihat dalam kegiatan shalat tarawih misalnya. Mereka tidak memakai masker, tidak  menjaga jarak, dan setelahnya tetap bersalaman seperti biasanya.

Itu di bulan Ramadan. Apalagi lagi ketika mereka melakukan kegiatan lain di luar bulan Ramadan. Mereka tidak lagi mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan.

Padahal kalau saja mereka mampu memahami makna simbolik puasa yang sebenarnya, tentu mereka akan senantiasa mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai kegiatan khususnya di bulan Ramadan ini. Selain itu mereka juga akan senantiasa disiplin mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai kegiatan di luar bulan Ramadan.

Kata "puasa" sesungguhnya tidak dikenal dalam nomenklatur teks ayat al-Qur'an atau al-Hadits. Namun kata "puasa" sudah menjadi istilah baku yang digunakan oleh umat Islam Indonesia sebagai padanan dari kata "shaum" atau "shiyam" yang ada dalam bunyi teks ayat al-Qur'an atau al-Hadits.   

Kata "puasa" berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu  dari kata "upa" dan "vasa atau wasa", yang  kemudian digabung menjadi "upavasa atau upawasa". Selanjutnya kata itu berubah menjadi istilah "puasa", yang mengandung arti mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa atau Yang Maha Agung (almighty). Caranya dengan menahan diri dengan tidak makan dan minum.

Sementara kata "shaum" atau "shiyam" mengandung arti menahan diri, mencegah, atau menjauhkan diri dari sesuatu. Tujuannya agar bertaqwa (mendekatkan diri) (kepada Allah). Caranya juga sama, yaitu dengan menahan diri dengan tidak makan dan minum, dan hal lainnya yang bisa membatalkan,  mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Ibadah puasa dengan demikian, hakikatnya adalah melatih umat Islam untuk bisa menahan diri atau mengendalikan diri dari melakukan sesuatu yang tidak seharusnya atau sepantasnya dilakukan. Dalam situasi pandemi saat ini, kemampuan menahan diri atau mengendalikan diri merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. Sebab tanpa hal tersebut penanganan pandemi covid-19 akan sulit dilakukan.

Seperti dalam berbagai kegiatan pada bulan Ramadan ini, yang kita bicarakan di atas. Masih adanya orang-orang yang tidak bisa atau tidak  mau mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan dalam berbagai kegiatan di bulan Ramadan, pada dasarnya merupakan cerminan bahwa mereka kurang memahami makna simbolik ibadah puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun