Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Masyumi Reborn, Bagaimana Prospeknya?

5 April 2021   00:20 Diperbarui: 5 April 2021   12:37 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Yani, mantan politikus PPP terpilih menjadi Ketua Umum Partai Masyumi (tribunnews.com)

Salah satu partai politik baru yang telah melakukan deklarasi di Aula Masjid Al-Furqon, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat pada tanggal 7 November 2020 lalu secara daring, yakni Partai Masyumi telah mengumumkan struktur kepengurusan partai secara lengkap, Sabtu (03/04). Ada beberapa nama mantan politikus partai lain yang tercantum dalam struktur kepengurusan partai itu.

Sebut saja ketua umum partai Ahmad Yani, anggota majelis pakar partai Djoko Edy Abdurrahman, dan ketua majelis syuro partai Abdullah Hehamahua. Sebagaimana diketahui bahwa Ahmad Yani adalah mantan politikus PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PBB (Partai Bulan Bintang).

Kemudian Djoko Edy Abdurrahman, adalah mantan politikus dan anggota DPR RI dari PAN (Partai Amanat Nasional). Sementara itu Abdullah Hehamahua, walau pun lebih dikenal sebagai mantan penasihat KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tapi sesungguhnya ia adalah mantan Ketua Umum "Partai Politik Islam Indonesia Masyumi".

Partai Masyumi yang dideklarasikan pada tanggal 7 November 2020 lalu itu sejatinya bukan lah partai politik baru. Partai politik tersebut adalah reborn atau "reinkarnasi" dari Partai Masyumi yang identik dengan Mohammad Natsir dan pernah berjaya di masa lalu, yakni pada Pemilu (Pemilihan Umum) pertama tahun 1955.

Waktu itu partai politik yang berazaskan Islam tersebut merupakan partai politik besar. Partai Masyumi berada di peringkat ke-2 pada Pemilu pertama tersebut.

Partai Masyumi memperoleh 20,9 persen suara atau setara dengan 112 kursi dari total 520 kursi. Partai Masyumi hanya selisih 1,4 persen dari peringkat pertama, yakni partai politik yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, PNI (Partai Nasional Indonesia) yang memperoleh 22,3 persen suara.

Namun pada tahun 1958 beberapa anggota Partai Masyumi bergabung dengan pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) terhadap Presiden Soekarno. Akibatnya pada tahun 1960, Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno.

Partai Masyumi yang dipimpin oleh Ahmad Yani di atas adalah partai politik yang kesekian, yang menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi". Sebelumnya beberapa pihak telah membentuk partai politik yang juga menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi".

Tujuan mereka membentuk partai politik menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi" tentu dengan harapan "tuah" Partai Masyumi kontestan Pemilu pertama tahun 1955 bisa didapatkan kembali. Namun faktanya belum ada satu partai politik pun yang bisa mendapatkan kembali "tuah" Partai Masyumi kontestan Pemilu pertama tahun 1955 yang dipimpin  oleh Mohammad Natsir.

Pada Pemilu pertama di Era Reformasi tahun 1999 misalnya, ketika "keran" partai politik dibuka kembali. Paling tidak ada 3 partai politik yang menggunakan nama "Masyumi" atau mengambil ideologi "Masyumi".

Ketiga partai itu adalah Partai Masyumi Baru, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Bulan Bintang (PBB). Ketiga partai politik berazaskan Islam tersebut kemudian lolos menjadi kontestan Pemilu pertama di Era Reformasi tahun 1999.

Partai Masyumi Baru ( nomor urut 8) pada Pemilu 1999 hanya mendapat 0,14 persen suara. Kemudian Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (nomor urut 21) sedikit lebih banyak memperoleh suara dibandingkan dengan Partai Masyumi Baru. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi memperoleh 0,43 persen suara.

Sementara itu Partai Bulan Bintang (nomor urut 22) agak lumayan dari kedua rekannya. Partai Bulan Bintang berhasil memperoleh 1,94 persen suara dan meraih 13 dari 462 kursi. Namun jumlah suara 1,94 persen tidak lah besar.

Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi karena perolehan suaranya sangat kecil, pada Pemilu berikutnya tidak lagi menjadi peserta Pemilu. Praktis hanya satu kali saja kedua partai itu a menjadi kontestan Pemilu,  yakni tahun 1999 saja.

Lain halnya dengan Partai Bulan Bintang. Partai yang didirikan oleh Yusril Ihza Mahendra ini terus bisa mengikuti Pemilu-pemilu berikutnya walau pun tetap tidak mendapatkan  suara signifikan. Bahkan pada Pemilu terakhir, yakni pada Pemilu 2019 Partai Bulan Bintang hanya memperoleh 0,79 persen saja.

Partai Masyumi dulu memang sempat berjaya. Tapi itu dulu, sekarang zamannya sudah berbeda. "Menarik sesuatu yang hebat dari masa lalu ke masa kini belum tentu akan tetap menjadi hebat". Fakta politik telah membuktikannya.

Apakah Partai Masyumi yang dideklarasikan di Aula Masjid Al-Furqon, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat pada tanggal 7 November 2020 dan dipimpin oleh Ahmad Yani itu akan mewarisi kejayaan Partai Masyumi Mohammad Natsir dulu? Sepertinya cukup sulit. Namun waktu jua lah yang akan membuktikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun