Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Karakter Asli Kaum Akademisi

13 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 13 Mei 2020   05:57 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faisal Basri, salah seorang akademisi (tribunnews.com)

Sebelum memahami bagaimana karakter asli dari kaum akademisi, mungkin baik dikedepankan terlebih dahulu sebuah penggalan kisah dari seorang filosof hebat pada masa Yunani Kuno dulu. Dia lah Socrates.

Socrates adalah seorang filososf Yunani, seorang guru di akademia. Ia diputus bersalah oleh pengadilan Athena karena didakwa telah meracuni pikiran anak-anak muda. Ia dijatuhi hukuman mati dengan cara harus meminum racun.

Sebelum diekseskusi Socrates dimasukan ke dalam penjara. Krito, sahabat Socrates nan kaya mencoba menyelamatkan Socrates. Ia akan membantu Socrates untuk melarikan diri, dengan cara menyuap para penjaga.

Socrates menolak rencana dan usulan Krito, karena menurutnya melarikan diri dari penjara tidak bisa dibenarkan secara moral. Socrates tidak mau mengorbankan prinsip dan kebenaran yang diyakininya dengan cara melarikan diri. Akhirnya Socrates dieksekusi dengan cara meneguk segelas racun, dengan penuh kesadaran dan kebebasan.

Heroisme Socrates tersebut lantas menjadi contoh klasik tentang integritas moral. Socrates menjadi simbol kesetiaan terhadap kebenaran dan suara hati.

Socrates sudah berabad-abad lamanya tiada. Tapi karakter Socrates banyak dianut oleh mereka yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran. Walaupun mereka harus berhadapan dengan kekuasaan.

Kaum akademisi adalah salah satu kelompok masyarakat yang mewarisi karakter Socrates itu. Berada di lingkungan yang ilmiah, para akademisi dituntut dan terlatih untuk ajeg menyuarakan kebenaran. Oleh karena itu tidak aneh jika banyak gerakan moral dan sosial bermula dari kampus-kampus dipelopori oleh para dosen dan mahasiswa, karena mereka bagian dari kaum akademisi.

Kaum akademisi terbiasa berpikir kritis dan objektif. Mereka berbicara, melakukan analisis, atau memberikan argumentasi berdasarkan teori ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan kepentingan atau sentimen pribadi.

Begitulah karakter asli para akademisi sesungguhnya. Mereka akan melakukan kritik ketika ada sesuatu hal yang mereka anggap janggal atau tidak sesuai dengan teori ilmu pengetahuan yang mereka pahami. Mereka terkadang bersikap bak oposisi terhadap banyak kebijakan pemerintah.

Dengan demikian seharusnya kita bisa memahami ketika ada seorang akademisi yang suka bersikap kritis terhadap pemerintah. Seperti Faisal Basri misalnya. Ia seorang akademisi ahli ekonomi yang reputasinya tidak diragukan lagi.

Faisal Basri sering melakukan kritik-kritik terhadap beberapa kebijakan pemerintah yang dinilai dari "kaca mata" pengetahuan yang ia miliki keliru atau cenderung merugikan masyarakat. Padahal Faisal Basri ini, jika bicara dukungan politik adalah pendukung Presiden Jokowi sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun