Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngabuburit, Tradisi Masyarakat Sunda untuk Menunggu Waktu Berbuka Puasa

24 April 2020   08:12 Diperbarui: 24 April 2020   08:41 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teringat waktu kecil dulu. Melakukan ibadah puasa sungguh terasa berat. Baru saja pagi hari, sudah menghitung-hitung jam berapa waktu buka puasa tiba.

Biasanya untuk mengalihkan pikiran mengenai kapan waktu berbuka puasa dan mengalihkan rasa lapar, aktifitas yang dilakukan sesama anak lain adalah ngabuburit. Kalimat ajakan, "Urang ngabuburit, Yu ! (Kita ngabuburit, Yuk !), atau kalimat pertanyaan, "Ayeuna urang ngabuburit ka mana?" (Sekarang kita ngabuburit ke mana ?) adalah kalimat yang sangat akrab waktu itu.

Bentuk aktifitas ngabuburit, biasanya dengan pergi ke suatu tempat yang cukup jauh dengan berjalan secara beramai-ramai dengan anak lain. Bisa juga dengan melakukan permainan-permainan tradisional yang masih ada waktu itu, seperti permainan galah, sondah, atau ngadu kaleci (main kelereng). Selain itu bisa juga dengan sekedar nongkrong di pos ronda atau di bawah pohon rindang sambil bercengkrama.

Ngabuburit sejatinya merupakan aktifitas yang dilakukan setelah waktu siang. Sebab untuk menunjukkan aktifitas serupa, dari waktu pagi ke waktu siang ada istilah lain yaitu ngabeubeurang.  

Tradisi ngabuburit merupakan tradisi masyarakat Sunda. Sebab menilik istilahnya saja jelas, sunda banget. Daerah lain mungkin saja memiliki tradisi yang mirip dengan ngabuburit tapi dengan isltilah yang berbeda.

Secara etimologis ngabuburit berasal dari kata dasar "burit", artinya sore atau petang. Kata dasar "burit" itu kemudian diberi awalan "nga" ditambah pengulangan suku kata pertama kata dasar "burit", yakni "bu".

Secara semantik ngabuburit kurang lebih mengandung makna "melakukan suatu perbuatan/upaya supaya menjadi burit (sore/petang). Seperti halnya kata "ngamumurah" (dari kata dasar murah), artinya "melakukan suatu perbuatan/upaya supaya menjadi murah". Atau seperti kata "ngalilindeuk" (dari kata dasar lindeuk/jinak), artinya "melakukan suatu perbuatan/upaya supaya menjadi lindeuk/jinak".

Bagi orang dewasa, tradisi ngabuburit tentu tidak dilakukan dengan cara seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Orang dewasa melakukan tradisi ngabuburit dengan aktifitas yang lebih mengandung manfaat atau bahkan menghasilkan uang.

Para petani misalnya. Mereka ngabuburit dengan pergi ke ladang atau sawah. Mereka baru akan pulang menjelang waktu buka puasa tiba.

Kemudian para pedagang. Mereka ngabuburit dengan menjajakan aneka makanan yang banyak dikonsumsi pada bulan Ramadan. Bahkan tak jarang mereka yang bukan pedagang pun  banyak yang menjadi pedagang dadakan.

Tidak sedikit pula para orang tua melakukan tradisi ngabuburit dengan mengaji bersama-sama di masjid dimulai dari waktu ashar sampai menjelang waktu buka puasa tiba. Kemudian mereka melakukan "Buka Puasa Bersama".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun