Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dramaturgi: Viral dan Terkenal Arteria Dahlan

21 Januari 2022   09:57 Diperbarui: 21 Januari 2022   10:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus yang lagi viral dan disorot pada saat ini khususnya pada masyarakat Sunda adalah polemik ketika Arteria Dahlan, seorang politikus PDI P dan sekaligus anggota DPR, dimana akibat ucapannya saat rapat bersama Kejaksaan di DPR RI, meminta agar Kajati yang berbicara bahasa Sunda agar dicopot dari jabatannya.

Ucapan yang bernada rasis dan menimbulkan kontravensi khususnya dalam masyarakat Sunda berbuntut panjang dengan banyaknya kecaman dari masyarakat Sunda dan secara keseluruhan dalam masyarakat Indonesia.

Disadari atau tidak banyak dari kita yang menggunakan bahasa lokal atau daerah ketika berbicara dalam forum-forum formal, toh tidak ada yang merasa keberatan atau protes atas perilaku berbahasa tersebut. 

Karena bahasa sebagai salah satu kekayaan bangsa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Selain sebagai alat komunikasi intraetnik, bahasa daerah juga berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.

Dilihat dari fungsi bahasa daerah tersebut, sebagai seorang politikus seharusnya sangat memahami penggunaan bahasa daerah tersebut bukan sebagai fokus dari keseluruhan bahasa komunikasi  yang digunakan dalam forum formal, tetapi sekedar sebagai bagian pemanis agar tudak  terjadi ketegangan, mengakrabkan dan merilekskan suatu hubungan. 

Namun kenyataan yang ada menjadi semakin miris jika suatu penggunaan bahasa daerah dikaitkan dengan pemberian sanksi pencopotan jabatan seseorang.

Perilaku yang ditunjukkan oleh politikus tersebut bukan suatu hal yang penting yang harus disoroti secara nasional atau dikomentari  dengan emosional dan balasan kecaman yang terkadang menjadi tontonan lucu bagi para netizen. 

Fenomena tersebut bukan hal yang baru karena pafa saat ini sesuatu yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita terkadang harus dipaksakan menjadi viral dan terkenal di media sosial. 

Disadari atau tidak, media sosial dianggap sebagai kekuatan besar yang pada akhirnya dapat menggiring opini masyarakat untuk mendukung atau membenci sesuatu.

Masyarat kita jika dilihat dalan kacamata persepsi teori Dramaturgi yang menjelaskan bajwa di dalam kegiatan interaksi satu sama lain sama halnya dengan pertunjukan sebuah drama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun