Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelemahlembutan, Simpati, dan Dakwah

21 Januari 2022   09:08 Diperbarui: 21 Januari 2022   09:11 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat seseorang jatuhcinta kepada seseorang yang dia cintai, dia akan mencari jalan untuk mendekati calon kekasih itu. Caranya adalah mencari simpati demi mendapat perhatian dari nya. Dengan mendapat simpati dan perhatian darinya, maka bisa dipastikan pendekatan kepadanya akan terbuka lebar.

Kebanyakan simpati dapat diperoleh dengan berbuat baik; berlaku dan berkata sopan kepada orang lain, memberi respon dengan baik, dan berbagai kebajikan lainnya. 

Sangat jarang seseorang mendapat simpati karena dia berbuat onar, sering memukul orang lain, bahkan mungkin membunuh makluk hidup dan sesama. Kekerasan, apapun alasannya tidak akan mendapat simpati dari orang lain.

Jika rasa simpati sudah ada di genggaman maka menaklukkan hati sang calon kekasih hati bisa lebih gampang diperoleh. Dengan lemah lembut, mungkin tidak hanya hati calon kekasih hati yang dapat ditaklukkan, tapi juga saudaranya bahkan ibu bapaknya. Dengan begitu, pernikahan bisa segera dilangsungkan.

Saat pedagang dari Gujarat yang mengenalkan Islam dengan kepatuhan mereka akan shalat lima waktu,  orang sekitarnya memberikan keempatan beribadah. 

Ketaatakan mereka dan teladan mereka melalui sikap mereka dalam berdagang, sehingga mereka dikenal dengan baik oleh banyak orang saat itu. Dagng dan agama saat itu masuk dengan cara yang baik tanpa kekerasan kepada masyarakat Nusantara.

Cara itu pula yang dilakukan oleh Wali Songo, saat mereka menyebarkan Islam di pulau Jawa pada saat Islam mulai masuk ke Nusantara. Sembilan wali yang kebanyakan dari Yaman itu mengenalkan dan menyebarkan Islam dengan cara yang simpatik. Mereka tidak begitu saja membuang tradisial dan ritual yang sudah turun termurun, tapi mereka menghargainya.

Para wali itu juga menyebarkan Islam dengan menggunakan kesenian dan budaya setempat. Kita bisa melihat wayang kulit dan wayangpurwa yang dipakai oleh mereka dalam menyebarkan Islam. 

Kisah-kisah yang dibawakan oleh para dalang wayang itu adalah ajaran-ajaran  Islam yang saat itu mungkin asing bagi penduduk lokal. Hal itu berlangsung lama, dan seperti yang  bis kita saksikan sekarang, Islam berkembang dengan baik bahkan menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta ini.

Lalu jika kelemahlembutan bisa dilakukan dan terbukti berhasil dalam mendapat simpati bahkan kemudian mempercayai agama yang sebelumnya asing, untuk apa melakukan kekerasan untuk mendapat simpati? Itulah cara berdakwah yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun