Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Imunitas Mental Hadapi Pandemi dan Dampaknya

17 Juli 2021   09:40 Diperbarui: 17 Juli 2021   09:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 memang menjadi persoalan yang kompleks dan panjang. Permasalahannya bukan soal kesehatan saja namun juga menyasar persoalan ekonomi, sosial, psikologis bahkan agama dan politik. Kita bisa melihat sektor-sektor seperti pariwisata rontok karena kegiatan wisata dilakukan dengan serba terbatas. Begitu juga pendidikan. Pengajaran tatap muka yang semula direncanakan dimulai bulan Juli akhirnya harus diundur dengan waktu yang akan ditentukan kemudian.

Begitu juga para pengusaha kuliner bahkan warung kecil dan pejaja kaki lima di pinggir jalan juga mendapat pengarus yang sama. Omset anjlok, beberapa orang harus memPHK karyawannya. Ratusa ribu bahkan mungkin jutaan orang pulang kampung karena di kota besar sudah tidak bisa menyediakan lapangan kerja bagi mereka.

Banyak orang yang secara ekonomi bergeser. Karena ekonomi bergeser maka pola sosial juga bergeser. Mereka tidak bisa lagi membelanjakan uangnya sesuai dengan keiinginannya. Sebaliknya mereka harus  berhitung dengan cermat agar uang mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebagian bisa menanggulangi dengan baik namun ada juga yang gagal. Ditambah dengan mungkin salah satu anggota keluarga ada yang meninggal karena Covid-19. Jika itu adalah sanga ayah yang merupakan tulang punggung keluarga itu, maka secara sosial dan psikologis mereka harus menyesuaikan diri.

Hal ini tidak muda dan sangat menekan banyak orang. Kita melihat setiap hari pada satu provinsi bisa ratusan orang yang meninggal. Di Indonesia , angka meninggal bisa mencapai 1000 dalam satu haru; suatu angka yang cukup tinggi.

Dalam konteks itu psikologi orang akan rentan. Mereka gamang melihat kenyataan ini. Di media kita bisa membaca banyak orang yang tidak siap dengan kenyataan ini sehingga mereka bunuh diri. Sebagian hanya bisa temangu dan membiarkan orang lain berbuat apa saja terhadapnya.

Yang membuat geram otoritas adalah adanya kelompok radikal yang memanfaatkan kondisi ini untuk meraih simpati dan menyebarkan ideologi mereka . Narasi yang mereka sebarkan biasanya bermula dari bagaimana kegagalan pemerintah untuk menganggulangi persoalan ini. Tidak ada satupun pemerintah dunia yang punya pengalaman menghadapi pandemi sedahsyat ini. Semua negara pasti berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulanginya.

Inilah yang harus kita hadapi bersama. Bangsa Indonesia jangan terjebak dalam perangkap yang dibuat oleh kelompok ekstrimis dan radikalisme.  Radikalisme tidak sekedar ajakan kekerasan, tetapi narasi yang mengarah pada saling membenci, memecah belah hingga dorongan ketidakpercayaan publik terhadap negara.

Karena itulah, selain meningkatkan imunitas tubuh, imunitas mental dan nalar penting ditingkatkan dari virus radikalisme di masa pandemi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun