Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demokrasi dan Sepak Bola

19 Juni 2021   05:55 Diperbarui: 19 Juni 2021   05:56 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini kita menyaksikan salah satu pesta olahraga yang berpengaruh yaitu Euro 2020. Kejuaraan antar negara ini menyertakan para pemain warga terbaik yang berprestasi dalam sepakbola. Baik itu Perancis, Italia, Inggris dll.

Dalam permainan sepakbola kita tentu tahu aturan yang menyertainya seperti off side, pelanggaran atas permainan di lapangan, hansball, jika bertubrukan dengan pemaian lain di kotak penalti dll.

Jika dulu permainan dan pelaksanaannya mengandalkan mata dari para wasit, maka saat ini dibantu dengan VAR; sebuah mekanisme digital yang mengandalkan teknologi untuk memantau sebuah pertandingan; termasuk pelanggaran. Teknolgi juga dipergunakan untuk memantau kecepatan dan kekuatan serangan masing-masing pemain dalam permainan itu. Intinya semua itu bisa dipantau dengan teknologi.

Demokrasi yang berlaku di dunia ini ibarat permainan sepakbola dan lapangannya, termasuk pelanggaran aturannya. Semua orang seperti pemain di sepak bola punya hak untuk memainkan bola dalam lapangan bola namun ada aturan-aturan yang harus dipatuhi; jangan melewati garis atau menabrak garis pinggir.

Dalam demokrasi, garis pinggrir dalam sepak bola identik dengan rasa aman, kedamaian, dan kepentingan bersama. Jika kebebasan yang terkandung dalam demokrasi yang diekspresikan justru menabrak garis pinggir maka itu melanggar aturan. Apalagi jika banyak orang melakukan penyebaran hoax dan penyebaran kebencian.

Namun pelanggar aturan demokrasi sering kali justru dibela oleh orang yang mungkin belum paham soal aturan. Mereka membela orang yang justru merusak kebebasan dalam demokrasi itu sendiri. 

Kita bisa melihat dalam Pilkada atau Pilpres seringkali ada pihak-pihak yang melanggar aturan itu. Bahkan pelanggaran itu sering diulang-ulang tanpa mengindahkan suasana demokrasi itu sendiri dan dampak yang mengerikan. Kita bisa melihatnya di Pilkada jakarta yang punya dampak negatif nan hebat. 

Seperti satu tim sepakbola yang terus emnerus melanggar aturan itu akhirnya harus menerima sanksi yang terkadang berat untuk ditanggung semisal, seorang harus keluar dari tim saat bermain.

Itu bukan hal yang diharapkan oleh demokrasi itu sendiri. Seseorang tidak bisa berbuat semaunya dengan kebebasan itu sendiri. Seseorang tidak bisa semaunya dalam demokrasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun