Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Mudah Terprovokasi Media Sosial

11 Juli 2020   06:59 Diperbarui: 11 Juli 2020   06:47 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: CNN Indonesia

Era kini kita sangat akrab dengan media sosial dari grup WA, Facebook, Twitter sampai instagram dan beberapa media sosial lainnya. Secara teknik ini memang memudahkan kita semua terutama untuk berkomunikasi dengan pihak yang berjarak jauh -- yang 20 -30 tahun lalu adalah hal yang sangat sulit- tapi karena kemajuan teknologi, hal itu tak jadi penghalang serius.

Yang jadi masalah pada era kini adalah soal konten. Konten media sosial sering jauh api dari panggang. Seseorang berbicara tentang A, diterima oleh beberapa pihak secara terbatas kemudian disiarkan dengan konten C yang kontennya bergeser dari semula.

Jika ini menyangkut hal sehari-hari atau obrolan sehari-hari yang tidak terlalu penting mungkin ini bisa diterima, namun akan jadi masalah jika menyangkut keselamatan masyarakat dan kepentingan negara. Padahal kita tahu beberapa pihak yang kurang bertanggung jawab atau pihak yang berbeda haluan dengan bangsa kita mencoba memanfaatkan kemudahan ini. Mereka sengaja membuat konten-konten yang menguntungkan mereka dan kemudian menyebarkannya ke seluruh dunia demi kepentingan mereka sendiri dan ini salah  tidak sesuai.

Contoh nyata dari ini adalah saat ISIS memprogandakan peningkatan kesejahteraan dan berjuang di jalan Allah bagi orang yang mau bergabung dengan mereka. Propaganda yang disebar melalui media sosial itu membuat banyak orang terpikat sehingga ribuan orang sampai ratusan ribu orangdari seluruh dunia (termasuk Indonesia) datang ke Suriah untuk "berjihad" sekaligus untuk memperoleh kepentingan ekonomi.

Kita bisa melihat banyak sekali warga Indonesia tergiur karena mereka mau meningkatkan hidayah dengan ekonomi terjamin, namun yang mereka temukan adalah perlakuan semena-mena pemerintahan ISIS terhdapa para wanitanya, pengingkaran kewajiban (mereka bebas menggunakan listrik, rumah, air dll), kaum prianya dipaksa untuk menjadi tentara dan berperang melawan pemerintah Suriah. Mereka juga berjuang hidup dengan keras ketika musim dingin tiba. Baju yang mereka gunakan tak cukup tebal dan rumah yang mereka temapti tak punya mesin penghangat yang cukup.

Sementara di Indonesia, kehangatan melimpah ruah melalui matahari yang bersinar setiap harinya. Laut yang menawarkan  pangan berlimpah serta sawah yang tak henti menghasilkan pangan bagi kita semua. Kita juga berada di wilayah dimana keragaman suku, adat dll membuat kita senantiasa bersyukur atas kekayaan keberagaman itu.

Hal yang layak kita syukuri dari semua ilustrasi di atas adalah bagaimana kita sebenarnya sudah berada di negara beragam yang seharusnya tak membuat kita mudah terprovokasi dengan segala ajaran radikal dan ekstrem yang seakan-akan itu adalah ibadah namun menyimpang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun