Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Punya Peran Penting dalam Menangkal Hoax dan Kebencian

23 Maret 2019   14:02 Diperbarui: 23 Maret 2019   14:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkal Hoax - jalandamai.org

Ada penelitian yang menyatakan bahwa perempuan lebih rentan terpapar hoax dan hate speech. Perempuan juga rentah terpapar bibit radikalisme. Kenapa bisa? Karena pada dasarnya perempuan lebih banyak menggunakan perasan dari pada logika.

Perempuan juga mempunyai karakter penurut, dibandingkan laki-laki. Dalam beberapa kasus, ada perempuan yang tunduk patuh dengan suami. Apa yang dikatakan dan diperintahkan suami akan dituruti. Dan yang terjadi adalah, perempuan rentan menjadi korban dari suami itu sendiri. Entah itu korban propaganda radikalisme, ataupun korban kekerasan dalam rumah tangga.

Beberapa waktu lalu, dua orang ibu menjadi viral karena telah mempengaruhi warga untuk tidak memilih salah satu pasangan calon. Ironisnya, cara mempengaruhi itu tidak dengan cara menjelaskan program paslon yang didukung, tapi justru menciptakan informasi bohong tentang paslon yang tidak dipilihnya. Masyarakat pedesaan yang tidak mempunyai literasi yang kuat, akan mudah dipengaruhi dan diprovokasi.

Apa yang dilakukan oleh ibu tersebut tentu harus jadi keprihatinan bersama. Namun tidak sedikit pula ibu-ibu yang cerdas, yang mempunyai literasi kuat sehingga tidak mudah terprovokasi.

Namun, perempuan sebenarnya juga mempunyai potensi sebagai penangkal hoax yang efektif di lingkungan keluarganya. Kedekatan sang ibu dengan anak-anaknya, bisa jadi alat yang efektif untuk menanamkan pendidikan karakter ke anak-anaknya. Kasih sayang seorang ibu yang tak ada duanya, bisa fondasi yang kuat bagi anak agar tidak mudah terpapar pengaruh buruk. Lebih lengkap jika penguatan karakter yang diberikan didasarkan pada nilai-nilai kearifan lokal, nilai agama dan nilai kebangsaan. Sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang religious, toleran dan nasionalis.

Kenyataannya, di era digital ini banyak anak-anak muda yang mudah terprovokasi berita bohong dan kebencian. Faktanya, tidak sedikit generasi muda yang terpapar bibit radikalisme dan intoleransi melalui media sosial. Semuanya itu bisa dicegah, jika penguatan pendidikan karakter yang dilakukan ibu bisa terapkan sejak dini.

Tanamkanlah karakter keindonesiaan ke anak-anak sejak dini, agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak dengan budaya Indonesia. Yang terjadi saat ini, banyak anak muda mengadopsi nilai-nilai dari luar. Keramahan yang selama ini ada, berubah menjadi individualisme. Toleransi yang  selama ini ada, berubah menjadi intoleransi.

Perempuan harus menjadi agen literasi media sosial. Mungkinkah? Sangat mungkin.

Istri bisa mengingatkan ke suami dan anak-anaknya, tentang pentingnya untuk selalu  berpikir positif, selalu mengedapankan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga suami dan anak-anak kita tidak larut dalam pikiran negatifnya. Kedekatan emosional sang ibu dengan anggota keluarga, bisa menjadi senjata yang ampuh untuk meruntuhkan segala pemikiran buruk.

Ketika istri bisa menjadi agen pendididik dan penebar pesan damai di keluarga dan lingkungan, maka konten kebencian, kebohongan dan radikalisme yang selama ini berkembang di media sosial, tidak akan bisa mempengaruhi pikiran anak-anak. Karena anak-anak sudah mendapatkan fondasi dan literasi kuat, seperti yang diajarkan oleh ibunya. Karena itu, para ibu-ibu di berbagai daerah harus menjadi agen literasi dan penyebar kedamaian di keluarganya masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun