Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Kemesraan Islam dan Budaya Nusantara

22 September 2017   06:38 Diperbarui: 22 September 2017   06:51 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi dalam kebergaman - http://www.wartantt.com

Hubungan budaya lokal dengan perkembangan Islam di Indonesia memang tidak terpisahkan. Kedudanya mempunyai keterkaitan. Salah satunya bisa kita lihat dalam seni di daerah. Seni terbangan, qosidah dan gambus misalnya, merupakan salah satu seni musik yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi Islam di Jawa dan Sumatera. Gabungan kesenian tradisional dan Islam, juga bisa dilihat dalam berbagai seni tembang, seperti selawatan atau puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Perpaduan antara kesenian tradisional dan Islam ini memang begitu indah. Jejaknya tersebar dimana-mana. Salah satunya adalah upacara 'tabut' untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad di Sumatera Utara. Hal yang sama juga terjadi di Yogyakarta, hanya saja istilahnya berbeda, yaitu sekaten. Contoh ini menunjukkan, bahwa Islam dan budaya nusantara mempunyai hubungan yang kuat. Keduanya bisa berbaur melakukan akulturasi dalam berbagai jenis kesenian. Karena hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari peran Wali Songo, yang masuk ke tanah Jawa, salah satunya dengan melakukan pendekatan budaya.

Sunan Bonang sempat berdakwah dengan menggunakan lagu. Salah satunya melalui lagu 'Tombo Ati' yang sempat dipopulerkan oleh Cak Nun dan Kya Kanjeng serta Opick. Liriknya pun masih sangat relevan hingga saat ini. Tidak hanya itu, murid Sunan Bonang, yaitu sunan Kalijaga juga mengikuti jejak sang guru. Salah satu lagu yang terkenal hingga saat ini adalah lir-ilir. Bahkan, Sunan Kalijaga juga menggunakan medium wayang untuk menyebarkan Islam. Itulah kenapa, Islam mudah dipahami masyarakat ketika itu.

Contoh diatas menunjukkan bahwa Islam itu sebenarnya agama yang damai, yang sangat menghormati keberagaman, serta tidak menebar permusuhan. Bahkan, dalam penyebaran Islam di Indonesi pun sama sekali tidak ada unsur paksaan. Semestinya, contoh-contoh tersebut bisa kita jadikan teladan di kehidupan yang lebih modern seperti sekarang ini. Jangan lagi melakukan teror atau melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. Ingat, Islam tidak pernah mengajarkan kebencian apalagi kekerasan.

Keberagaman di Indonesia harus dijaga. Dan salah satu cara untuk menjaganya adalah dengan cara mempertahankan kearifan lokal. Dengan tetap menjaga kelestarian budaya lokal, kita akan terhindari dari ajaran-ajaran yang menyesatkan. Radikalisme terbukti telah menyesatkan generasi muda kita. Karena radikalisme, tindakan intoleran hingga terorisme kembali marak di negeri yang toleran ini. Karena radikalisme, sebagian generasi muda kita berani menjadi pelaku bom bunuh diri, tanpa harus berpikir panjangan mengenai masa depannya.

Kita adalah generasi penerus bangsa. Menjadi tugas kita untuk menjaga Islam yang ramah akan budaya lokal, seperti yang ditunjukkan Wali Songo. Tidak ada yang salah dengan budaya lokal yang penuh keberagaman itu. Yang salah adalah jika kita merasa Indonesia, tapi sama sekali tidak mau menghargai keberagaman di negerinya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun